Cogito Ergo Sum, Cara Berpikir Rene Decartes yang Rasional

Baca Juga

MATA INDONESIA, PARIS – Pernah dengar kutipan ini.

“Aku berpikir maka aku ada (Cogito Ergo Sum). Kalau aku tidak sedang berpikir apa aku kemudian tidak ada. Atau kalau orang lain tidak berpikir apa juga tidak ada.”

Pernyataan ini keluar dari Rene Descartes, seorang filsuf dan matematikawan. Descartes atau lebih terkenal dengan nama Renatus Cartesius sering mendapat julukan Bapak Filsafat Modern. Gelar ini disematkan lantaran ia membangun filsafat di atas keyakinannya sendiri melalui pengetahuan yang rasional.

Descartes juga kerap menekuni konsep-konsep dan ilmu matematika. Ia menciptakan Sistem Koordinat Kartesius. Sistem yang membuat perhitungan geometri kordinat menjadi lebih sederhana.

Ia lahir di desa La Haye, Prancis, pada 31 Maret 1596. Sewaktu remaja, ia sekolah di Yesuit, yakni di College La Fleche. Ketika berumur dua puluh tahun, ia mendapat gelar ahli hukum dari Universitas Poitiers, meski tidak pernah mempraktikkan ilmunya sama sekali.

Sekitar tahun 1629, Descartes menulis Rules the Direction of the Mind, sebuah buku yang memberikan garis-garis besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak lengkap dan sepertinya ia memang tidak berniat menerbitkannya. Buku ini terbit untuk pertama kalinya setelah lebih dari lima puluh tahun Descartes meninggal.

Descartes menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah dari tahun 1630 sampai 1634. Dalam filosofinya, ia menekankan perbedaan nyata antara pikiran dan obyek material. Pembahasan mengenai perbedaan ini sebenarnya telah ada sebelumnya, namun tulisan-tulisan Descartes menggalakkan kembali perbincangan filosofis tentang masalah itu.

Sejak saat itu, permasalahan yang ia kemukakan sangat menarik para filsuf, namun sampai sekarang tetap tak terpecahkan.

Pengaruh besar Descartes adalah tentang fisik alam semesta. Ia yakin bahwa seluruh alam, kecuali Tuhan dan jiwa manusia, bekerja secara mekanis. Sehingga semua peristiwa alami dapat dijelaskan dengan dan dari sebab-musabab mekanis.

Atas dasar inilah, ia menolak anggapan-anggapan astrologi, magis, dan hal-hal takhayul lainnya. Dengan demikian, ia juga menolak semua penjelasan kejadian secara teleologis. Ia lebih mencari sebab-sebab mekanis secara langsung dan menolak anggapan bahwa kejadian itu terjadi untuk suatu tujuan final yang jauh.

Berdasarkan pandangan Descartes ini, maka semua makhluk pada hakikatnya merupakan mesin yang ruwet dan tubuh manusia tunduk pada hukum mekanis yang biasa. Pada perkembangan selanjutnya, pendapat ini menjadi salah satu ide fundamental fisiologi modern.

Descartes menggandrungi penyelidikan ilmiah dan percaya bahwa penggunaan praktisnya dapat bermanfaat bagi masyarakat. Ia berpikir bahwa para ilmuwan harus menjauhi pendapat-pendapat yang semu dan berusaha menjabarkan dunia secara matematis. Semua ini kedengarannya modern, tetapi Descartes, melalui pengamatannya sendiri, tak pernah bersungguh-sungguh menekankan arti penting ruwetnya percobaan-percobaan metode ilmiah.

Pada tahun 1641, Descartes menerbitkan bukunya yang terkenal, Meditations. Kemudian, Principles of philosophy pada tahun 1644. Kedua buku itu sebenarnya dalam bahasa Latin. Terjemahan bahasa Prancisnya baru terbit pada tahun 1647.

Dalam memecahkan sebuah masalah, Descartes menggunakan Metode Analitik. Berawal dari metode ini Descartes mulai meragukan segala sesuatu. kemudian ia berfikir “Saya ragu adalah sesuatu yang ada, saya ragu karena saya berfikir, maka saya berfikir adalah ada”.

Descartes membedakan tiga ide yang ada pada diri manusia, yaitu:

  • Innate ideas : Ide bawaan manusia sejak lahir
  • Adventitius ideas: ide-ide yang berawal dari luar diri manusia
  • Factitous Ideas: ide-ide yang lahir oleh pikiran itu sendiri

Descartes juga memiliki pikiran mengenai suatu gagasan tentang Tuhan adalah makhluk sempurna yang tak terhingga. Hal ini juga karena ada pemikiran lainnya seperti membuktikan benda material itu eksis. Bahkan, ada lima ide Descartes yang memiliki pengaruh penting terhadap jalan pikiran masyarakat Eropa seperti:

  • Pandangan mekanisme mengenai alam semesta
  • Sikapnya yang positif terhadap penjagaan ilmiah
  • Tekanan pada penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan
  • Pembelaanya terhadap atas dasar awal sikap skeptic dan penitikpusatan perhatian terhadap epistemology

Reporter: Azzura Tunisya

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini