Carina Joe Wakili Tim Oxford Terima Penghargaan Pride of Britain

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Carina Joe adalah ilmuwan asal Indonesia. Ia menjadi salah satu figur di tim manufaktur yang sukses memproduksi jenis vaksin yang paling banyak didistribusikan di dunia. Yakni Oxford AstraZeneca.

Ia mewakili tim dalam penerimaan penghargaan Pride of Britain di London, Minggu 31 Oktober 2021.

Dr Sandy Douglas, ketua tim manufaktur, mengatakan bahwa temuan formula dua sendok makan sel atau formula 30 mililiter sel milik Carina menjadi landasan produksi besar bagi vaksin Oxford AstraZeneca. Vaksin ini adalah vaksin yang paling luas jangkauannya. Karena dapat produksi dengan harga yang murah.

Carina menemukan formula ini pada 15 Januari 2020. Akibat temuannya, vaksin dapat produksi 10 kali lebih banyak hanya dengan menggunakan sekitar dua sendok makan sel. Sejak awal percobaannya hingga kini, berbagai laboratorium di seluruh dunia bekerja sama untuk meningkatkan jumlah sel agar dapat mencapai skala produksi besar.

Belasan laboratorium di lima benua telah memproduksi vaksin ini. Malah sekarang penggunaanya nyaris sampai 170 negara, termasuk Indonesia.

Sandy mengungkapkan, ia bangga dengan kerja timnya. Ada lebih dari 1,5 miliar dosis vaksin Oxford AstraZeneca yang distribusi secara global. Ia merasa formula ini sangat penting agar vaksin dapat tersebar ke negara berkembang. Tentu alasannya karena formula yang sederhana dengan jumlah sel tertentu dapat menghasilkan vaksin 10 kali lebih banyak dengan harga yang murah.

Dr Adam Ritchie, selaku manajer proyek tim manufaktur, mengatakan skala manufaktur juga perlu meningkat. Ia memuji upaya Sandy yang menggenjot upaya manufaktur di awal tahun 2020 guna membuka jalan dalam produksi vaksin.

Akhir September lalu, tim manufaktur melakukan perayaan capaian timnya dengan mengundang para ilmuwan dan perwakilan laboratorium Oxford. Dalam jamuan makan malam perayaan tersebut, Sandy berpidato mengenai bagaimana proses “formula 30 mililiter”.

Ia menceritakan bagaimana formula 30 mililiter sel dikembangkan menjadi 50 mililiter, kemudian berkembang lagi menjadi 200 mililiter di sejumlah laboratorium, hingga akhirnya sampai pada tahap ini.

Mengenai Carina Joe, ia mengaku senang atas capaian timnya. Namun ia tidak bangga dan merasa masih harus banyak belajar dari para seniornya. Ketika ditemui di laboratorium Jenner Insitute, Universitas Oxford, Agustus lalu, Carina mengatakan ia hanya menjalankan pekerjaannya dengan ekstra sesuai dengan job description.

Awal Formula

Enam ilmuwan di jantung operasional tim vaksin Oxford (Profesor Adrian Hill, Profesor Sarah Gilbert, Andrew Pollard, dan Catherine Green) dengan pengalaman puluhan tahun dalam pengembangan, manufaktur, dan uji coba klinis vaksin, hendak melakukan penelitian guna menjamin keamanan vaksin dalam waktu yang sangat cepat.

Sandy Douglas memimpin tim manufaktur kecil dengan Carina Joe saja yang hanya melakukan eksperimen.

Pada 11 Januari 2020, tim pengembangan yang dipimpin oleh Sarah Gilbert, mulai mengerjakan vaksin, tak lama setelah ilmuwan di China menerbitkan sekuens genome pertama covid-19. Namun saat itu belum jelas seberapa cepat covid-19 akan menyebar.

Sementara di laboratorium Jenner Institute, pada 15 Januari 2020, Carina melaporkan hasil eksperimen yang telah dilakukannya tersebut selama tiga bulan, kepada Sandy. Melihat laporan Carina, Sandy terkejut dan sangat senang. Ia tak menyangka dapat menemukan formula untuk meningkatkan vaksin dengan volume yang besar.

Beberapa minggu setelah dikerjakan, akhirnya tim Sarah sudah memiliki vaksin yang dapat diuji coba di laboratorium dan kala itu vaksin siap di uji klinis fase pertama. Setelah di uji klinis fase pertama, barulah tim manufaktur Sandy yang bertugas untuk memperbanyak vaksin sebanyak puluhan ribu dosis untuk digunakan dalam uji coba klinis fase dua dan uji klinis fase tiga.

Namun sayangnya tim Sandy sedikit terkendala. Sandy mengungkapkan bahwa timnya mampu melakukan uji klinis, namun mereka tidak memiliki pengalaman dalam memproduksi vaksin dalam skala besar.

Untungnya kala itu ada Carina Joe, dengan temuan formulanya, yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut dan memproduksi kebutuhan vaksin skala besar. Di masa-masa inilah dunia terguncang dengan penyebaran covid-19 yang begitu cepat.

Kala itu Oxford belum bekerja sama dengan perusahaan farmasi Inggris-Swedia, AstraZeneca, untuk itulah Oxford membutuhkan bantuan dari laboratorium yang lebih besar untuk melakukan uji coba lebih lanjut menggunakan lebih banyak sel.

Akhirnya Sandy menghubungi konsorsium untuk memproduksi vaksin di Belanda, Inggris, China, dan India. Di bulan Maret 2020, barulah berbagai fasilitas siap memproduksi puluhan juta vaksin. Namun belum pasti  apakah vaksin tersebut aman atau tidak.

Seorang Diri

Perusahaan dengan skala manufaktur seperti Pfizer, tidak akan tergantung pada satu orang saja karena mereka memiliki banyak tim yang berpengalaman. Hal ini berbeda dengan tim manufaktur Sandy yang sangat kecil dan hanya Carina saja yang mengerjakannya seorang diri.

Sandy sempat sangat khawatir mengenai Carina. Ia takut jika Carina terpapar covid-19, sementara Carina harus tetap bekerja dan tak ada yang bisa menggantikan tugasnya melakukan eksperimen karena timnya adalah tim kecil.

Untuk merekrut orang baru pun tidak semudah itu. Butuh training yang cukup lama. Satu-satunya andalan hanyalah Carina Joe.

Carina juga mengaku memiliki tekanan yang begitu besar sehingga hampir menyerah dua kali. Ia sempat ragu apakah vaksinnya akan berhasil berkembang atau tidak.

Dari pandemi ini, Carina Joe banyak belajar dan lebih tahan banting. Mengingat banyak sekali orang yang meninggal setiap harinya akibat covid-19. Ia merasa terpanggil dan berusaha melakukan yang terbaik demi kemanusiaan.

Carina Joe mengatakan bahwa proses pembuatan vaksin pun masih sama. Sehingga pemakaiannya untuk penyakit yang berbeda. Dan hanya perlu sedikit adaptasi. Formula “30 mililiter sel” untuk memproduksi vaksin penyakit lain.

Jika vaksin tifus memerlukan waktu lebih dari satu abad untuk pengembangan dan distribusinya, vaksin campak memerlukan waktu 10 tahun. Maka pengembangan dan distribusi vaksin covid-19, seperti vaksin AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer hanya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemimpin Terpilih Pilkada 2024 Diharapkan Menyatukan Aspirasi Semua Pihak

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa pemimpin daerah yang terpilih dalam Pilkada Serentak 2024 harus mampu menyatukan seluruh...
- Advertisement -

Baca berita yang ini