MATA INDONESIA, JAKARTA – Meski sempat diblokir oleh pemerintah Indonesia pada 3 Juli 2018 yang lalu, TikTok dapat kembali diunduh pada bulan Agustus 2018 setelah melalui berbagai pertimbangan yang ada.
Aplikasi asal Cina tersebut menawarkan konten dengan format video. Ketika menggunakan TikTok, pengguna dituntut memiliki kreativitas yang tinggi dalam mengolah berbagai video.
Hal ini membuat TikTok menjadi platform yang potensial sebagai media pembelajaran di Indonesia. Terlebih, saat ini pemerintah menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-10.
Peluang TikTok sebagai sarana edukasi sangat terbuka lebar. Bahkan, pihak TikTok sendiri sudah berkolaborasi dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud) dalam memajukan kecerdasan bangsa Indonesia melalui program #SamaSamaBelajar.
Head of Public Policy TikTok Indonesia, Malaysia, dan Filipina, Donny Eryastha, mengatakan bahwa edukasi menjadi salah satu konten yang paling diminati.
Donny menambahkan “Kami melihat bahwa video singkat bisa menjadi media yang tepat untuk menyampaikan materi pembelajaran, mengingat peserta didik saat ini adalah generasi Z yang hampir 100 persen konsumsi internetnya ditujukan untuk online video, karena sifat video singkat yang interaktif dan menarik,” ujar Donny.
Bahkan, murid-murid yang duduk di bangku SMP dan SMA lebih banyak menggunakan TikTok dibanding platform video lainnya seperti Youtube. Mereka berpendapat bahwa TikTok lebih mudah digunakan dan video didalamnya berdurasi pendek.
Saat memberikan materi pembelajaran, baiknya Guru menyampaikannya dengan video yang menyenangkan dan dipadukan dengan materi pembelajaran sehingga menciptakan sebuah karya yang membantu dalam proses belajar.
Selain itu, Guru harus mengetahui konten apa yang disukai dan relevan dengan kehidupan murid-muridnya. Hal ini bisa digunakan agar materi yang disampaikan bisa terserap dengan baik oleh murid.
Meski begitu, terdapat sejumlah tantangan dalam menggunakan aplikasi ini. Salah satunya, murid-murid bisa dengan mudah menemukan konten yang negatif bagi mereka. Dalam kasus ini, guru-guru bisa mengarahkan muridnya untuk mengikuti akun-akun yang baik untuk ditiru serta mengedukasi.
Tantangan lainnya dalam menggunakan TikTok sebagai media pembelajaran adalah terbatasnya durasi video. Biasanya video di TikTok hanya berdurasi 15 detik hingga 1 menit saja. Untuk mengatasi hal ini, guru bisa memecah materi yang panjang ke dalam beberapa video. Atau, para guru bisa repost video yang sudah ada dan hanya memberikan penjelasan tambahan.
Dalam menjelaskan materi melalui TikTok pun guru dituntut untuk mengemasnya secara sederhana. Ini dilakukan agar para murid tidak salah menangkap arti yang dimaksud. Selain itu, intonasi suara yang helas, mimic wajah dan gerakan tangan pun harus diperhatikan.
Dengan kreatifitas guru, TikTok bisa digunakan sebagai media edukasi. Murid mampu mempelajari materi dengan sajian audio visual yang menarik berdurasi singkat.
Reporter: Diani Ratna Utami