Oleh: Indra Ginting
Deretan bendera bergambar tengkorak berkibar di sejumlah wilayah menjelang peringatanHUT ke-80 Republik Indonesia. Hal tersebut mencerminkan bagaimana tingginya kreativitasmasyarakat Indonesia.
Pemerintah sama sekali tidak pernah membatasi, atau bahkan melarang penyaluran minat danbakat, termasuk kreativitas dalam bentuk apapun. Namun terdapat beberapa hal yang perludiperhatikan, yakni jangan sampai kreativitas tersebut justru mengaburkan makna asli dariperayaan HUT RI ke-80.
Visual khas dari anime populer One Piece, yaitu Jolly Roger milik kru Topi Jerami, munculdi berbagai sudut kota dan mencuri perhatian publik. Ekspresi semacam itu memangmerepresentasikan semangat kreatif masyarakat. Namun, perayaan hari kemerdekaansepatutnya tetap mengedepankan makna, simbol, dan nilai sejarah bangsa yang seluruhnyatetap dengan bijak.
Gelombang antusiasme masyarakat dalam mengekspresikan kebebasan berkreasi patutdiapresiasi. Tetapi ketika momentum nasional dikaburkan oleh simbol fiksi seperti itu, makatetap perlu adanya kebijaksanaan secara kolektif dalam memaknainya.
Bendera Merah Putih bukan hanya sekadar sehelai kain dengan dua warna semata. Benderatersebut menyimpan berbagai macam cerita panjang pengorbanan, perjuangan, serta identitasbangsa yang jangan sampai tertutupi oleh adanya gelombang tren budaya populer sepertianime One Piece.
Ketua MPR RI Ahmad Muzani menilai bahwa fenomena pengibaran bendera anime itusebagai bagian dari inovasi publik yang tidak perlu dipersoalkan secara berlebihan. Iamenaruh keyakinan secara kuat bahwa sejatinya kecintaan seluruh rakyat Indonesia terhadapMerah Putih tidak akan pernah tergeser oleh simbol apapun, terlebih yang justru berasal dariluar negeri. Ia melihat semangat nasionalisme masih terus bersemayam di hati segenapmasyarakat, meskipun disampaikan dalam bentuk ekspresi yang tidak konvensional sepertiitu.
Namun, di tengah keterbukaan terhadap ekspresi tersebut, Ahmad Muzani tetap menekankanpentingnya untuk senantiasa menempatkan bendera negara sebagai lambang kehormatandalam setiap perayaan kenegaraan.
Menurutnya, mengibarkan bendera Merah Putih pada momen kemerdekaan tidak hanyamenjadi bentuk penghormatan terhadap para pahlawan saja, tetapi juga sebagai bentukpengingat akan sejarah kolektif bangsa. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakatdiharapkan tetap menjadikan Merah Putih sebagai simbol utama dalam merayakan ulangtahun kemerdekaan.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menyampaikan pandangan serupanamun dengan pendekatan yang lebih moderat. Ia tidak melihat persoalan besar dalamkeberadaan bendera Jolly Roger selama tidak digunakan untuk menyebarkan provokasi atauperpecahan.
Ia memahami bahwa simbol dari anime internasional seperti One Piece memiliki daya tarikyang kuat di kalangan generasi muda. Namun, batas antara ekspresi dan penghormatanterhadap simbol negara harus dijaga dengan cermat.
Dasco menyoroti pentingnya membedakan antara kreativitas murni dan upaya manipulatifyang bisa mencederai semangat nasionalisme. Ia menilai pengibaran bendera non-negarapada perayaan nasional sah-sah saja selama tidak menggeser posisi bendera Merah Putihsebagai lambang utama.
Ketika kreativitas tidak dimaksudkan untuk menggantikan simbol negara, maka ruangtoleransi masih dapat diberikan. Tetapi jika bendera asing justru dijadikan alat untukmenyampaikan pesan yang berpotensi memecah belah, maka perlu ada langkah korektif.
Lebih lanjut, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi turut menyampaikan peringatan haluskepada publik. Ia menghargai keberagaman ekspresi yang muncul di tengah masyarakat, termasuk dari komunitas penggemar anime.
Namun, ia menekankan pentingnya menjaga kesakralan momen peringatan kemerdekaan. Menurutnya, HUT ke-80 RI bukan sekadar pesta budaya, melainkan peristiwa bersejarahyang wajib dijaga martabatnya.
Prasetyo mengingatkan bahwa semangat kemerdekaan tidak boleh dicampuradukkan dengansimbol-simbol yang tidak merepresentasikan perjuangan bangsa. Ia tidak mempermasalahkankreativitas itu sendiri, tetapi mengimbau agar seluruh bentuk ekspresi tetap berada dalamkoridor penghormatan terhadap identitas negara. Menurutnya, bulan Agustus bukan ruanguntuk mengaburkan makna perjuangan, tetapi justru menjadi momentum kolektif untukmempertegas kembali jati diri sebagai bangsa merdeka.
Fenomena pengibaran bendera One Piece sepatutnya menjadi refleksi, bukan kontroversi. Kreativitas dalam budaya populer memang terus berkembang, namun nilai-nilai nasionalismetidak boleh redup di tengah gempuran tren digital. Mengibarkan simbol fiksi pada perayaankemerdekaan bukanlah tindakan terlarang selama tidak menyingkirkan lambang negara daritempatnya yang sakral.
Menghormati bendera Merah Putih tidak harus dengan membungkam kebebasan berekspresi. Justru ekspresi kreatif akan memiliki makna lebih dalam jika mampu berdampingan denganpenghormatan terhadap simbol perjuangan.
Dalam merayakan kemerdekaan, masyarakat memiliki ruang luas untuk berkarya danberinovasi. Namun, batas-batas etis harus tetap dijaga agar perayaan tersebut tidakkehilangan makna dasarnya.
Menghidupkan semangat HUT RI ke-80 dapat dilakukan dengan berbagai cara. Namun, menjunjung tinggi simbol negara tetap menjadi kewajiban moral bagi seluruh warga. Perayaan yang kreatif akan menjadi lebih bijak apabila mampu menyelaraskan semangatzaman dengan nilai luhur bangsa.
Mengedepankan Merah Putih dalam setiap bentuk peringatan kemerdekaan bukanhanya tanggung jawab hukum, tetapi juga wujud penghormatan terhadap perjalananpanjang menuju kemerdekaan. Kreasi budaya sebaiknya tidak menjadi alat untukmengaburkan sejarah, melainkan menjadi medium baru untuk merayakannasionalisme secara lebih segar, cerdas, dan bermartabat. (*)
Peneliti Keamanan Nasional – Pusat Kajian Pertahanan Merdeka
