Berlebihan, Kampanye Negatif Amerika Terhadap Saddam Hussein

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Sosok dan penggambaran Saddam Hussein, bekas diktator Irak, adalah kejam dan sadis. Media di Amerika menyebut Saddam sebagai pemimpin diktator yang suka menggunakan kekuasaannya sewenang-wenang.

Nah, hal ini berbanding terbalik dengan pengakuan tentara yang menjaga Saddam Hussein di hari-hari terakhirnya. “The Super Twelve” atau 12 tentara dari kesatuan 551 Polisi Militer Amerika yang menjaga Saddam saat itu melihatnya sebagai orang yang sangat sopan dan baik.

Will Bardenwerper, salah satu tentara yang menjaga Saddam Hussein memberikan kesaksiannya melalui buku berjudul “The Prisoner in His Palace: Saddam Hussein, His American Guards, and What History Leaves Unsaid.” Dalam buku ini, Will menceritakan sisi humanis Saddam.

Will melihat bahwa Saddam Hussein hanyalah sosok bapak-bapak pada umumnya. Selain itu, gambaran Saddam sebagai penganut Islam garis keras dan tidak menyukai bahkan anti pada budaya barat tidak nampak sama sekali. Will mengatakan Saddam sangat suka mendengarkan musik R&B dari Mary J. Blige, salah satu penyanyi Amerika.

Malah sesaat ia akan di eksekusi, Saddam Hussein seharian mendengarkan lagu Mary J Blige, menyuapkan muffin ke mulut, sembari terkekeh saat menunggu pengadilan atas kejahatan kemanusiaan yang dituduhkan padanya.

Saddam Hussein dan idolanya Mary J Blige
Saddam Hussein dan idolanya Mary J Blige

Saddam Hussein juga sangat kooperatif. Ia tidak pernah menuntut hal yang muluk-muluk. Selama di penjara Ia tidak pernah memilih-milih makanan. Walaupun terkadang Ia mengesalkan karena tak jarang ngambek dan tidak mau makan omelette jika makanannya itu dingin.

Selain itu, Saddam Hussein merupakan orang yang menyukai tanaman. Ia kerap merawat tanaman yang ada di penjaranya. Hal lain yang juga menjadi kesukaannya adalah merokok cerutu Cohiba, cerutu asal Kuba yang sengaja ia simpan di dalam kotak tisu basah.

Will sempat kagum kepada Saddam. Ia menganggap bahwa Saddam Hussein adalah orang terbaik yang pernah ditemuinya. Will bercerita, saat itu Ellis, seorang perawat pribadi Hussein sedang berduka karena kakaknya baru saja meninggal. Saddam yang mendengar kabar tersebut memeluk Ellis dan mengatakan bahwa ia akan menjadi kakaknya mulai sekarang.

Sampai di hari Saddam Hussein akan di eksekusi, ke 12 pengawal yang berasal dari Tentara Elite AD AS merasa berduka dan kehilangan sosok yang menjadi sahabat bahkan anggota keluarga. Adam Rogerson, salah satu tentara The Super Twelve mengatakan kalau ia seperti pembunuh yang membunuh sahabatnya sendiri.

Saat Saddam diarak ke tiang gantung, banyak orang-orang yang meludahi dan memukulinya. Hal tersebut memancing amarah salah satu tentara penjaga Saddam. Bahkan tentara itu sempat melompat ke kerumunan untuk menghentikan hal tersebut, namun segera dihentikan oleh tentara lain karena akan membahayakan dirinya.

Tidak hanya Will dan 12 tentara penjaga Hussein yang memberikan kesaksian. Seorang mantan analisis Badan Intelijen Pusat AS (CIA), John Nixon, yang ditugaskan untuk menginterogasi Hussein juga melihat adanya rekayasa yang dibuat oleh Amerika untuk menghancurkan Hussein.

Saat itu, Nixon meyakini bahwa Gedung Putih ingin mendapatkan jawaban mengenai pengembangan senjata pemusnah massal yang akan membahayakan pihak Amerika atau wilayah Arab. Namun, hasil dari interogasi tersebut menyatakan bahwa program nuklir Irak sudah dihentikan beberapa tahun sebelum tentara Amerika dan sekutu menginvasi Irak. Kebenaran ini dilaporkan Nixon ke pemerintahan Amerika yang berakhir pada Tim investigasinya dicap gagal oleh pemerintah Amerika.

Amerika sengaja membuat rekayasa bahwa Saddam Hussein sedang membuat senjata pemusnah massal untuk membenarkan invasinya ke Irak. Namun hal tersebut tidak bisa dibuktikan sehingga Amerika memberikan alasan lain, yaitu membebaskan rakyat Iran dari pemimpin diktator.

Rekayasa lain yang dibuat Amerika untuk membenarkan serangan Amerika ke Irak adalah pernyataan Amerika yang mengatakan adanya hubungan Irak dengan serikat teroris Al-Qaeda.

Selain itu pihak Amerika sempat ingin membuat video rekayasa yang memperlihatkan Saddam Hussein yang sedang duduk dengan pemimpin Al-Qaeda, Usamah Bin Ladin. Mereka sedang membicarakan tentang hubungan seks mereka dengan para bocah. Hal tersebut tentu ditentang keras oleh James Pavitt, Kepala Direktorat Operasi CIA saat itu.

Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini