Alexander Agung: 9 Fakta Tentang Penguasa yang Hebat

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kenapa Alexander sampai mendapat titel ‘Agung’? Kita tahu bahwa ia adalah pemimpin yang hebat dan pintar. Namun apa saja yang dia lakukan dan kenapa titel tersebut pantas untuknya?

1. Alexander adalah murid Aristoteles

Waktu masih kecil, Alexander terkenal cerdas. Dia bahkan pernah memenangkan taruhan dengan ayahnya, Philip I. Ia juga mendapatkan kuda dari taruhan saat masih 10 tahun. Hal ini tentu menarik banyak orang.

Sebagai calon penerus kekuasaan, Ayahnya berusaha memberikan pendidikan yang terbaik untuk sang anak. Jadilah saat itu Philip II memberikan anaknya kepada Aristoteles, seorang filsuf terkenal dan punya reputasi saat itu untuk belajar.

Selama umur 13-16 tahun, Alexander muda belajar kepada gurunya. Dari situ, ia mencintai filosofi, sastra, sains, dan naturalisme. Hubungan mereka sangat baik dan bahkan saat Alexander di negeri lain, ia masih mengirimkan surat untuk gurunya itu.

2. Jadi pemimpin di usia 16 tahun

Zaman dulu orang tumbuh dewasa lebih cepat. Hal ini juga terjadi kepada Alexander yang masih berumur 16 tahun. Saat itu ia menyelesaikan pendidikannya dengan Aristoteles. Ayahnya harus pergi untuk kampanye di Byzantium dan akhirnya, ia meminta Alexander memimpin Macedonia.

Saat ayahnya pergi, suku Trakia tiba-tiba memberontak melawan Macedonia. Tanpa menunggu lama, Alexander langsung mengumpulkan tentaranya dan melawan para pemberontak ini, dan menang.

Kemenangannya juga membawa ia mendirikan kota baru di wilayah Trakia dan mengubahnya menjadi nama Alexandripolis. Ini menjadi kemenangan dan kekuasaan pertamanya selama memimpin.

3. Memenangkan perang dengan pasukan sedikit

Alexander Agung terkenal dengan kecerdikannya. Terbukti saat ia menang dengan pasukan sedikit walau musuhnya jauh lebih banyak.

Pertarungan Issus dan Pertarungan Gaugamela adalah buktinya. Saat itu, lawan Alexander punya 10,000 orang prajurit. Dengan cerdik, ia menyerang raja mereka, Darius dari Persia.

Alexander tahu kalau rajanya mundur, maka seluruh pasukannya pun akan ikut kabur. Hal ini benar saja karena pasukan Alexander menang karena Darius melarikan diri dari medan perang. Kejadian ini membuktikan kepintaran dari Alexander Agung. Mereka berhasil membuat Persia kabur dari medan perang dan membuka celah di formasi mereka.

Darius berhasil kabur tapi gagal mengumpulkan pasukannya yang lain untuk pertahanan.  Kalahnya Persia di Gaugamela membuat kekaisaran ini jatuh di tangan Alexander Agung. Di umurnya yang masih 26 tahun, ia sudah memimpin kekaisaran paling besar yang pernah ada sampai saat ini.

4. Tidak pernah kalah dalam perang

Selama kepemimpinannya, Alexander Agung selalu memenangkan berbagai pertarungannya. Ia mengejar goal baru dalam misinya. Setelah menguasai Persia, ia melanjutkan misinya ke India. Pokoknya selama 15 tahun, ia selalu berhasil menyelesaikan misinya dengan baik tanpa kekalahan. Ia cuma pernah nyaris kalah di Pertarungan Gerbang Persia, tapi akhirnya ia tetap menang.

Di pertarungan ini, Macedonia sempat tersudut selama sebulan tapi Alexander menemukan jalan untuk menjebak mereka. Ia berhasil menyerang Persia dari belakang dan tentunya, menghabiskan mereka.

5. Punya strategi dan taktik pengepungan baru

Di zaman Alexander Agung, pengepungan belum terlalu sering terjadi. Awalnya ide taktik ini berasal dari ayahnya sendiri, Philip II. Taktik ini berhasil sampai musuh mereka melemah. Setelah itu baru menyerang.

Pada 332 SM, Alexander mengepung Tirus di Lebanon dengan taktik ini. Dia juga membuat layar kapal dari kulit heean saat pasukan Tirus melempari mereka dengan batu. Batu ini terpental dengan layar tersebut.

Saat pasukan Tirus berusaha memotong tali jangkar kapal mereka, pasukan Alexander Agung dengan cepat menggerakkan menara pengepungan mereka dan menyerang dari berbagai arah. Serangan ini adalah serangan terakhir Macedonia karena Tirus dengan cepat kalah di tangan Alexander Agung.

6. Memimpin dari depan

Jarang ada pemimpin yang memimpin pasukannya di depan. Alexander selalu berada di depan barisan bersama prajurit yang terpercaya untuk bisa mengatur formasi pasukan. Jadi, berbagai serangan perang mereka benar-benar arahan dan ide dari Alexander.

Bahkan saat di peperangan Tirus, dia tanpa ragu ikut ke dalam menara pengepungan. Melihat ini, prajuritnya bergegas untuk melindungi Alexander sampai tangganya putus. Hal ini membuktikan keberanian Alexander Agung dan totalitasnya dalam memimpin.

7. Berhasil sembuh dari berbagai cedera mematikan

Layak mendapat gelar agung karena Alexander selalu berada di depan. Tak heran, ia banyak terluka di medan perang. Selama hidup, dia pernah terluka di pundak, lengan, dada, kepala, kaki dan lainnya.

Tertembak panah juga bukan hal baru. Pada satu kejadian dia bahkan tertembak panah sampai paru-parunya sempat rusak karena cedera ini.

Setelah kena panah, dia sempat melanjutkan untuk bertarung sebelum akhirnya ambruk. Pasukannya berusaha menyelamatkan Alexander dengan menerobos dinding yang mulai terbuka. Mereka kemudian memotong panah ini dari dadanya. Yang luar biasa dari kejadian ini adalah Alexander Agung bisa pulih.

8. ikut menderita bersama pasukannya

Pilihan Alexander Agung untuk menyebrangi Gurun Gedrosian mungkin adalah hal yang buruk. Perjalanan yang panjang ini menjadi sebab kematian banyak pasukannya. Konon, jumlah orang yang meninggal di perjalanan ini lebih banyak dari jumlah orang yang meninggal selama kampanyenya.

Pasukan Alexander berhasil melewati gurun walau mereka kehausan dan kelaparan. Suatu hari, salah satu prajuritnya menemukan beberapa tetes air yang ia kumpulkan dalam helm perangnya untuk sang raja. Tapi, Alexander menolak air ini dan ia berterimakasih kepada mereka. Ia memilih untuk memberikan airnya kepada prajurit itu dan ikut hidup susah bersama pasukannya. Kejadian ini membakar semangat para prajuritnya dan membuktikan kepedulian Alexander Agung kepada kaumnya.

9. Dekat dengan jenderal dan perwira tingginya

Walau sifatnya agak rumit dan ia mengalami banyak pengkhianatan, Alexander Agung sangat setia kepada komandannya. Kebanyakan dari mereka dulu juga mengabdi kepada ayahnya.

Saat salah satu Jenderalnya Ptolemy terluka setelah kena panah beracun di India, Alexander menemani kawannya semalaman walau sedang lelah. Pasukannya juga memohon sambil menangis kepada sang pemimpin untuk tidak melakukan hal yang berbahaya. Alexander Agung juga menolak untuk makan dan minum saat teman terdekatnya, Hephaestion, meninggal.

Sayangnya Alexander Agung tidak punya keturunan untuk melanjutkan kekuasannya. =

Saat ia sakit keras sebelum meninggal, semua bertanya kepada Alexander Agung, “kepada siapa kerajaan ini akan di wariskan?” namun jawabannya hanya, “kepada yang terkuat.”

Semua berkelahi karena merasa mereka yang paling kuat dan pantas memimpin peninggalan sang Alexander Agung. Tanpa disangka, kata-kata ini justru menghancurkan apa yang sudah susah payah ia bangun selama bertahun-tahun.

Macedonia sempat berperang selama 40 tahun lamanya untuk memperebutkan kekuasaan sampai akhirnya mereka hancur.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Tegaskan Komitmen Jaga Stabilitas Jelang Pergantian Tahun

JAKARTA - Menjelang Tahun Baru 2025, pemerintah memastikan berbagai langkah strategis telah disiapkan untuk menjamin keamanan, kenyamanan, dan stabilitas...
- Advertisement -

Baca berita yang ini