Kita Tetap Manusia Meski Covid-19 Merajalela

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Pandemi Covid-19 semakin meluas di Tanah Air sejak pertama kali masuk ke Indonesia 2 Maret lalu. Hingga kini jumlah kasus telah melewati 130.000 kasus per hari Kamis, 13 Agustus 2020. Menempatkan Indonesia pada posisi 25 besar kasus Covid terbanyak di dunia dan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara.

Jika kembali ke akhir bulan Februari lalu, negara ini adalah salah satu negara tersantai dan damai dalam menghadapi meluasnya Covid-19 di belahan dunia lain. Pemerintah pun masih membuka jalur keluar masuk untuk kunjungan luar negeri. Namun sejak awal bulan Maret, Covid-19 bagaikan monster yang menghantui negeri ini.

Berbagai upaya dilakukan mulai dari penerapan PSBB hingga New Normal yang sebenarnya tidak normal diberlakukan saat ini. Kaum terpelajar hingga sederet selebgram millenial meramaikan gerakan #DirumahAja yang semakin hari semakin membosankan. Kejenuhan dan tuntutan ekonomi membuat sebagian masyarakat memilih mengabaikan seruan pemerintah. Hingga kini, penerapan New Normal diberlakukan diberbagai tempat yang biasanya ramai dikunjungi.

Hal yang dianggap sebagian kaum sebagai remisi atas kejenuhan yang mereka alami dan kembali memberikan kebebasan berkunjung dan bergerak di tengah masyarakat ramai. Tentunya hal ini tidak dibenarkan dan perlu pengawasan lebih berlanjut di tengah masyarakat. Berbagai pertentangan terjadi, antara lain pertentangan mengenai berbagai lokasi wisata yang kembali dibuka sementara sekolah dan universitas tetap harus melakukan daring. Ditambah, tidak semua orang tua bisa memberikan fasilitas yang diperlukan selama belajar online yang saat ini tengah dijalani.

Spekulasi terhadap pemerintah pun semakin banyak berdatangan. Masyarakat menilai pemerintah lebih memilih kepentingan para pengusaha dibanding kebutuhan untuk menerima pendidikan. Pemikiran mengenai apa yang terjadisaat ini menunjukan bahwa uanglah yang saat ini berkuasa dibanding keinginan untuk memiliki masyarakat cerdas dimasa depan. Pemikiran yang sebenarnya tidak salah namun juga tidak bisa dibenarkan.

Disinilah letak keharusan kaum muda menjadi roda penggerak masyarakat. Anak muda tidak hanya memberi stimulasi kritik agar masyarakat bisa tergugah untuk terus menuntut usaha pemerintah namun juga menjadi pemberi angin dingin untuk membantu masyarakat memulihkan kondisi Indonesia. Sangat tidak mengenakan saat bangsa ini dinilai sebagai bangsa yang gagal mengatasi Covid-19. Hal ini terjadi bukan hanya karena kesalahan pemerintah namun juga karena keengganan masyarakat menerapkan protokol kesehatan.

Mungkin kita tidak bisa bisa menetap #DirumahAja karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi dan tidak semua orang bekerja di kantoran yang bisa menjalankan protokol kesehatan. Mungkin kita berada di golongan buruh, pedagang, tukang becak, tukang sapu, dan pekerja kasar lainnya, jelas ini membuat kita sulit menerapkan protokol kesehatan yang ada. Tapi setidaknya kita harus tetap berusaha dengan memakai masker dan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah.

Kenyataannya hal itu pun sulit dilakukan karena tak semua orang memiliki masker untuk menutup wajah ataupun membeli handsanitizer untuk mencuci tangan. Alasan-alasan yang sangat sepele namun membunuh tanpa disadari. Sebagai kaum muda, kita bisa membantu dengan membagikan masker atau handsanitizer kepada mereka yang membutuhkan, tapi hal ini tidak bisa dilakukan oleh semua orang karena tidak semua orang memiliki dana lebih yang bisa disumbangkan.

Teruntuk masyarakat yang sangat peduli pada pendidikan, mari kita lebih peduli pada sekitar kita. Barangkali ada tetangga samping rumah kita yang tidak bisa mengakses kelas daring karena tidak punya kemampuan untuk membeli ponsel atau kuota internet, berikanlah sedikit waktu pada mereka untuk memakai ponsel kita. Ingat, tetap perhatikal protokol kesehatan meski kita bertetangga, jangan lupakan untuk cuci tangan dan sedang tidak demam.

Hari kemerdekaan tahun ini, mari kita rayakan #DirumahAja dengan cara meningkatkan simpati dan empati pada sesama. Banyak berdoa dan berusaha untuk membebaskan diri dari belenggu corona. Pasang bendera, sang saka Merah Putih dan ingatlah kita sedang tidak melawan penjajah dapi melawan keegoisan dan kebodohan diri yang merasa anti mati covid-19. Kita punya keluarga tercinta, masyarakat cinta sehat, dan hidup penuh mimpi, kita perlu sehat dan menang melawan diri sendiri.

Tahun ini, kita kembali berjuang meraih kemerdekaan melawan makhluk kecil mematikan dan tak nampak mata. Kemerdekaan tahun ini tidak berdarah namun sangat berarti bagi Indonesia dan Dunia. Semoga kita selalu sehat #17anDirumahAja.

Penulis: Azhyze Widi Astuti

21 KOMENTAR

  1. Artikelnya bagus ? Akan lebih bijaksana jika insentif penuh disebar pemerintah kepada seluruh pelajar yang melaksanakan belajar online. Jika harus rapid test atau swab, masyarakat digratiskan. Masker disebar sebanyak-banyaknya secara cuma-cuma, dll. Jadi masyarakat melaksanakan protokol kesehatan tanpa harus terbebani. Ekonomi mulai tumbuh, dan masyarakat aman.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sambut Hari HAM Ius Humanum Gelar Talk Show soal “Perlindungan Terhadap Pekerja Non Konvensional : Pekerja Rumah Tangga”

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dalam rangka menyambut peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember 2024, kali ini Ius Humanum menyelenggarakan Talkshow dan Diskusi Film dengan Tema, "Perlindungan terhadap Pekerja Non-Konvensional : Pekerja Rumah Tangga" yang bertempat di Pusat Pastoral Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (PPM DIY).
- Advertisement -

Baca berita yang ini