Buletan Story

Baca Juga

MATA INDONESIA, ”Sa… sashaa.. bangun. Ayo sholat shubuh dulu.” Aku mengerjapkan mataku ketika mendengar suara seorang perempuan yang kupanggil mama. Aku memang terbiasa dibangunkan daripada harus mengaktifkan alarm. Menurutku itu adalah cara yang lebih ampuh. Akupun bergegas mengambil air wudhu dan segera melakukan Shalat.

Aku lupa hari ini adalah hari Minggu. Karena di masa pandemi seperti ini, semua hari terasa seperti hari libur. Tidak ada pekerjaan, hanya melakukan hal-hal yang kusukai seperti bermain game, memainkan gitar dan bernyanyi, tak lupa menonton drama. Oh iya satu lagi melakukan pekerjaan rumah yang merupakan suatu kewajiban. Kalau tidak dilakukan aku akan terkena omelan dari mama. Sebenarnya aku adalah seorang yang lulus SMA dan belum mendapatkan pekerjaan. Sebelumnya aku memang disuguhkan materi-materi yang akan digunakan untuk UTBK. Namun saat ini aku hanya tinggal menunggu pengumuman saja.

“Mah, aku mau jogging dulu ya. Tadi Keira chat aku ngajak lari di deket taman.”

“Tumben banget Sa kamu mau lari, biasanya juga nontonin oppa mulu haha.” Kata mama sambil menggoda.

“Ya, kan aku mau jadi anak rajin gitu, olahraga juga buat sehat. Ya udah, Mah, aku langsung pergi aja ya, Keira udah nunggu soalnya. Bye ma, Assalamualaikum.” Aku mengucapkan salam dan bergegas pergi tanpa mendengarkan balasan dari mama.”

Pagi ini cuacanya pas sekali, tidak panas dan tidak dingin. Sangat cocok untuk olahraga. Mataku berkeliling mencari sosok perempuan yang berambut pendek.

Woy, lama banget sih lo. Sampe lumutan gue nungguin lo.” Aku tersentak kaget sambil menoleh.

“Kaget tau ga, iya tadi izin dulu sama nyokap. Ya udah, yuk lari keburu laper gue.” Aku menyeret Kaira sambil berlari.

Setelah lari 5 putaran, aku dan Keira duduk di salah satu bangku taman. Kami menyantap makanan ringan dan air mineral yang sudah dibeli di seberang taman.

“Sha lo tau kan besok hari apa? Enaknya besok ngapain yah, biar ga bosen gue.” Tanya Keira.

“Besok kan hari kemerdekaan. Kalo bosen ikut lomba yang ada di komplek rumah lo lah atau lo mau ikut upacara lagi?”

“Enak aja ikut upacara, kan kita udah bukan anak sekolah lagi. Males gue ikut lomba lomba gitu. Bosen. Lombanya gitu mulu dari gue kecil.”

“Ya terus mau ngapain lagi bambang, enakan juga nonton drama haha.” Benar kan? Sehabis nonton upacara di Istana Negara yang disiarkan di televisi lebih baik aku menonton drama. Aku adalah tipe orang yang malas untuk ikut lomba-lomba yang diadakan di area perumahanku.

“Ga bosen apa drama mulu. Eh gimana kalau kita bagi bagi sesuatu sama orang yang membutuhkan? Kita ajak aja tuh si Dave biar seru. Gimana sha?” Ide Keira menarik juga.
“Boleh, tapi bagi bagi apa coba? Emang si Dave mau?”

“Mau lah, kalo engga gue santet dia. Kita bertiga kan udah sahabatan ya dia kudu mau sama ajakan kita. Gimana kalau makanan aja? Secara dia yang paling jago masak diantara kita. Mamanya Dave pasti setuju sama hal-hal yang berbau makanan.”

Aku mencoba berpikir sejenak, Dave memang jago masak diantara kami bertiga. Saat SMA dulu, dia juga sering membawakan bekal untuk aku dan Keira. Mamanya juga salah satu chef terkenal di restaurant yang mewah. Pantas saja bakatnya menurun ke Dave.

“Bener juga kata lo, yaudah nanti gue hubungin Dave. Moga aja dia mau.”

Malamnya, aku sudah mengubungi Dave untuk menerima tadi pagi bersama Keira. Untung saja Dave menerima usulan kami dan mamanya bersedia membantu. Bahkan mamanya akan mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan malam ini. Mamanya sungguh baik sekali. Aku dan Keira sebenarnya ingin membantu soal biaya bahan-bahan makanan karena tidak enak jika Dave yang menanggung semuanya. Tapi apa boleh buat, Dave melarangnya karena yang membiayai semua adalah mamanya. Sungguh aku merasa tak enak tapi aku juga tidak bisa menolak kebaikan mereka. Besok aku dan Keira harus membantu semaksimal mungkin.

“Mah, besok aku sama Keira mau ke rumah Dave ya, pagi-pagi banget abis Shubuhan. Jadi tolong mama bangunin aku.” Kataku sambil melahap makanan yang ada didepanku.

“Ngapain ke rumah Dave pagi-pagi? Kamu mau jadi pembantu dia?” Tanya mama yang membuatku kesal.

“Ya kali mah. Kita bertiga mau masak dibantu mamanya Dave juga sih. Terus hasil masakannya dibagikan sama orang yang membutuhkan. Gimana mah?”

“Aduh sejak kapan kamu jadi baik gini? Kesambet jin tomang? Haha, ya udah mama izinin selama itu gak aneh-aneh, lagian juga kalau engga diizinin kamu juga maksa.” Mama ini orang yang receh dan selalu ceplas ceplos.

“Ahhh tengkyu Mah, Lopyuuu. Sini aku aja yang beresin piring-piringnya.” Kataku alay, ya beginilah aku saat sesuatu yang aku inginkan dikabulkan.

Esoknya, aku dan Keira sudah tiba di kediaman Dave. Kami tiba tepat pukul 05.15 WIB. Iya, hari ini adalah hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus 2020. Kami akan membuat sesuatu yang berbeda dari perayaan lainnya. Tadi malam kami memutuskan untuk membuat siomay dan batagor serta jus buah sebanyak 100 buah. Karena dirasa makanan tersebut cukup mudah untuk dibuat. Rencananya kami akan membagikan makanan tersebut di jalanan dekat SMA kami karena banyak dilalui orang.

Tadi malam aku sudah searching cara memasak siomay dan batagor agar nantinya aku dapat membantu banyak. Keira juga sudah kusuruh untuk melakukannya juga. Sebenarnya aku mudah memahami apa yang akan kupelajari tetapi ketika dipraktekkan semuanya akan berubah menjadi rumit. Untung saja Dave dan mamanya mengajari kami berdua dengan teliti. Sehingga aku dan Keira sangat membantu banyak dalam misi ini.

“Ra, itu motongnya jangan kekecilan dong mana dijajarin kek buletan story lagi. Pelit amat jadi orang. Kalo ntar lo mati, kuburan lo jadi sempit, tau rasa kan lo.” Omel Dave. Dave dan Keira memang tak pernah akur, mereka cukup sering bertengkar. Tapi meskipun begitu aku tau mereka tidak akan sampai tahap membenci karena tak lama setelah itu mereka berbaikan kembali.

“Santai bro, jangan ngegas dong. Wajar kali kan gue baru pertama buat ginian. Harusnya kan lo ngajarin kek yang bener gimana.” Kata Keira tak kalah.

“Apaan dari tadi udah gue ajarin, emang dasarnya aja otak lo yang lemot. Dasar Keira tukang lemot. Udah lemot, galak lagi. Ntar gaada yang mau deket-deket sama lu.” Ujar Dave.

“Heh kok gitu sih lu. Lagian lu duluan yang mancing gue emosi dodol!” teriak Keira

“Eh udah ngapa sih kok jadi berantem. Nanti ga akan selesai nih masakannya udah siang juga. Lagian Dave omongan lu jangan mancing Keira jadinya kan emosi secara dia tuh sensitif orangnya. Harusnya lo ngerti. Terus Ra, lo juga jangan teriak teriak gitu. Gaenak tau kita tuh numpang terus ada mamanya Dave juga kalau denger gimana coba? Apa engga dimarahin nanti kita?” Aku berusaha menengahi mereka kalau tidak masakan ini tidak akan selesai juga.

Setelah itu aku pergi untuk memotong buah jambu dan stroberi untuk dibuat jus. Jumlahnya cukup banyak, oleh karena itu aku harus bergerak cepat. Karena nantinya kami bertiga akan membagikan ini pada sore hari. Batagor dan siomay pun satu persatu sudah dibungkus rapi. Mamanya Dave pun menyarankan seberapa banyak satu porsi yang akan dibungkus. Ah aku merasa senang sekali karena hasil kerja keras kita berhasil. Eh tunggu dulu sepertinya ada yang kurang.

“Gais, gimana kalau kita buat notes gitu ntar ditempelin di kotak makannya?”

“Ribet Sha, keburu sore ntar. Lagian ini jumlahnya banyak loh ya kali nulis satu-satu.” Kata Keira.

“Dibagi 3 aja gimana? Notes nya jangan panjang, yang simple aja 3-5 kata gitu. Tapi setiap notes yang lo buat kata-katanya harus sama. Biar bisa bedain ntar makanan ini dapet notes dari siapa.”

“Emmm… gue sih, setuju aja. Masih ada waktu kok kalau kita nulisnya cepat. Ayo lah Sha, terakhir deh abis itu kita langsung bagiin makanan ini.” Ujar Dave yang setuju dengan permintaanku.

“Ya udah deh, kalau kalian berdua setuju gue bisa apa selain nurut? Mana sini kertas sama polpennya.” Akhirnya Keira setuju.

Setelah sampai di Jalan Majapahit, kami bertiga segera membagikan makanan yang kami buat. Satu persatu makanan yang ada didalam bagasi mobil Dave habis. Kami membagikan kepada orang yang berhenti saat lampu merah, kepada para pengamen di seberang jalan, kepada pengemis yang duduk di tepi trotoar serta kepada pejalan kaki yang lewat. Mereka berterimakasih kepada kami ada juga yang mendoakan masa depan kami jadi sukses. Aamiin Ya Allah.

“Bu, ini ada sedikit rezeki untuk ibu, mohon diterima ya.” Aku mengulurkan kotak makanan dan jus buah kepada ibu-ibu yang lewat.

“Ah terimakasih ya neng, semoga neng bisa berjodoh sama Lee Min Ho.” Aku kaget mendengar doa ibu ini. Ah iya sepertinya memang Lee Min Ho terkenal di kalangan ibu-ibu.

“Maaf bu, saya juga pengen jadi jodohnya Min Ho oppa hehehe. Apa ibu gamau doain saya juga nih?” Keira ikut menimpali percakapan kami, sumpah aku malu banget kenapa Keira minta didoain juga sih. Aku yakin ibu ini cuma bercanda saja.

“Hahaha si eneng. Yaudah ibu doain semoga salah satu kalian bisa jadi jodohnya Lee Min Ho atau kalau engga Lee Min Ho bisa poligami biar kalian berdua bisa jadi istrinya hehehe.”

“Tapi saya gamau dipoligami bu, saya maunya jadi satu-satunya. Gaenak bu dijadikan pilihan huhu. Sakit banget menusuk hatiku” Kata Keira sambil dilebih-lebihkan. Tuh kan dia itu suka lebay dan alay, sumpah ya aku pengen enggak akuin dia sebagai temen.

“Bisa aja kamu neng, ya udah ibu permisi dulu ya. Sekali lagi terimakasih makanannya.” Ujar ibu tersebut sambil melanjutkan perjalanannya.

Kami bertiga sudah berada di mobil. Rasanya capek sekaligus senang karena baru kali ini kami melakukan hal-hal yang belum pernah kami lakukan. Memang awalnya berat tapi setelah semua kerja keras itu berhasil rasanya bangga sekali.

“Sumpah Ra, bisa-bisanya ya lo lebay banget didepan ibu-ibu tadi. Rasanya malu banget gue disebelah lo.”

“Emang kenapa si Keira, Sha?” kepo Dave.

“Tadi waktu bagiin makanan ada ibu-ibu yang doain Sasha jadi jodohnya Lee Min Ho. Terus gue ikut nimbrung dong, gue juga pingin jadi jodohnya. Terus ibunya bilang kalo Minho oppa bisa poligami biar gue sama Sasha jadi istrinya. Nah gue gamau secara gue pinginnya jadi satu-satunya. Gaenak tau dijadikan sebuah pilihan. Sakit hati dedek bang.” Jawab Keira.

“Ck, dasar masih aja alay lo. Makanya kalo cari cowok tuh jangan yang suka selingkuh.” Sindir Dave kepada Keira.

“Daripada lo gapunya pacar ga punya gebetan setelah ditolak sama cewek kelas sebelah. Baru ditolak sekali aja udah langsung nyerah. Dasar cowok apaan lo?” sahut Keira.

“Kayanya si Dave udah bosen sama masalah cewek, iya kan?” Balas aku.

“Bukan bosen Sha, tapi gue mau memantaskan diri biar entar gue tanyain gini “Tipe idaman suami kamu seperti apa?”

“Yeee, alay banget lo!” sahutku bersamaan dengan Keira.

Lalu kami bertiga memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Hari ini cukup menyenangkan karena bisa membuat orang lain bahagia. Pahlawan kami yang dulu memperjuangkan bangsa Indonesia juga mengajarkan apa arti berbagi dan membantu sesama. Semoga apa yang kami lakukan bisa bermanfaat dan tidak menghabiskan waktu yang sia-sia apalagi di masa pandemi seperti ini.

-SELESAI-

Penulis: Malinda Ayu Hanifa

Ig: @malindaaay

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kondusifitas Kamtibmas Pilkada Papua 2024 Terjamin, Aparat Keamanan Mantapkan Kesiapan

PAPUA — Kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2024 terjamin, seluruh jajaran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini