Kisah Gitar Warna Merah Brian May

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Nyaris semua gitaris rock terkenal di dunia membanggakan produk-produk pabrikan saat mereka tampil di panggung atau rekaman di studio. Gitaris Led Zeppelin Jimmy Page dikenal karena produk Gibson, Eric Clapton dan Joe Satriani dikenal karena Fendernya.

Nah Brian May, gitaris Queen justru sebaliknya. Gitaris asal Inggris ini malah membuat gitarnya sendiri, benar-benar full custom.

Kisah Brian May dan gitar buatan ayahnya ini menjadi legenda di dunia musik rock. Gitar yang diberi nama The Red Special, Fireplace atau The Old Lady ini dibuat Brian May bersama ayahnya saat remaja. Gitar ini dibuat pada bulan Agustus 1963 saat Brian May berusia 15 tahun.

Badan gitar berasal dari kayu pohon ek, leher gitar dari kayu mahoni pelindung tungku, fret gitar dari kancing kerang mutiara milik ibunya Ruth May. Alat untuk mengatur ketegangan dawai diambil dari sisa sepeda motor milik ayahnya keluaran tahun 1928.

Dengan memanfaatkan material yang ada, mereka berdua tidak berhenti untuk berkarya. Kerjasama antara Brian yang berpikiran sistematis dan Harold yang mempunyai keahlian di bidang elektronika akhirnya mampu menghasilkan gitar dengan suara yang unik.

Gitar tersebut diberi nama Red Special –kini sebuah gitar paling legendaris di kalangan rock and roll. Brian May memainkan gitar ayahnya itu di setiap album Queen dan pertunjukan panggung.

Brian May memberi nama gitarnya itu The Red Special. Nama ini diambil karena warna gitarnya yang merah marun. Dicat berulangkali dengan beberapa lapisan (layer). Bagian leher gitar (neck) dibuat dari kayu perapian dari abad ke -18, sehingga gitarnya disebut juga sebagai Fireplace. Membutuhkan kerja keras dan ketelitian bagi Brian dan ayahnya membentuk bagian neck gitar tersebut. Asal tahu saja sebenarnya masih ada dua lubang cacing pada kayu tersebut walaupun sudah dibawa keliling dunia bersama grupnya, Queen.

Brian lahir 19 Juli 1947 di Hampton, Middlesex, Inggris. Sejak kecil ia dikenal sebagai sosok anak yang imajinatif. Lahir dari pasangan orangtua Ruth dan Harold May, Brian May belajar gitar sejak kecil.

Ia belajar di Hampton Grammar School. Setelah lulus pada 1965, dia kuliah di program astrofisika di London Imperial College. Brian May menyelesaikan sebagian besar gelar Ph.D. miliknya pada 1974 dan akhirnya melengkapinya hampir 40 tahun kemudian pada 2007.

Ketertarikannya ke musik dimulai saat ia kuliah. Brian May membentuk sebuah band rock bernama Smile. Hasratnya dalam musik kemudian menunda ketertarikannya dalam astrofisika. Pada 1971, May menunda menyelesaikan Ph.D. miliknya untuk melakukan tur dengan bandnya, memberi nama baru grupnya Queen – sebuah nama yang menjadi legenda dalam dunia rock ‘n’ roll. May tampil sebagai gitaris utama, vokalis dan penulis lagu. Vokalis utama band, Freddie Mercury, juga memainkan piano. John Deacon memainkan gitar bass, sedangkan Roger Taylor memainkan drum dan vokal.

Saat merekam album Queen, May mengaplikasikan pengetahuan ilmu fisikanya dalam studio rekaman; menggunakan apa yang dia tahu tentang gelombang suara, menciptakan gema yang memperkuat seksi getaran dan ketukan dari lagu, menciptakan ilusi bahwa suara datang dari kerumunan orang banyak. Misalnya lagu ‘We Will Rock You‘ di album Queen, News of the World, Brian May menciptakan sebuah anthem yang menginspirasi partisipasi dan kesatuan penonton. Lagu ini mendapatkan efek suasana konser, saat para penonton menhentakkan kaki, bernyanyi dan bertepuk tangan bersama.

Brian May memiliki seorang putra, Jimmy dan dua orang putri, Louisa dan Emily, dengan istrinya Chrissie Mullen, yang dia nikahi pada 1974. Setelah mereka bercerai, dia menikah dengan Anita Dobson pada 2000.

Hingga saat ini, meski ditinggal Freddy Mercury yang meninggal karena AIDS, Queen dan Brian May masih tetap eksis. Dan Brian May tetap membawa dan memainkan gitar kesayangannya, The Red Special dimanapun ia bermain musik.

Sumber: brianmay.com, queenworld.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini