Viral! Adegan Sinetron Hello Kitty Rebus yang Bikin Geleng-geleng Kepala, Ini Kata Penulis Skripnya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Potongan video dari adegan salah satu sinetron yang menampilkan Hello Kitty direbus viral di media sosial. Adegan ini bikin netizen geleng-geleng kepala melihatnya.

Adegan tersebut diketahu berasal dari sinetron berjudul Surga yang Kedua. Sinetron tersebut dibintangi oleh Nabila Syakieb, Miller Khan dan Paramitha Rusady.

Dalam video yang beredar, terdapat adegan Nabila Syakieb terkejut saat masuk ke dalam dapur. Ia melihat ada boneka Hello Kitty yang direbus di dalam panci.

BACA JUGA: Viral! Kepala Dinas Main TIkTok Bareng Cewek Cantik di Atas Meja Kantor, Ngaku Khilaf

Tak sedikit warganet yang bertanya-tanya dengan maksud dari adegan tersebut. Kebanyak dari mereka tak paham dengan adegan tersebut.

Melihat adegan sinetron 4 tahun lalu itu viral lagi, salah satu penulis skrip adegan tersebut angkat bicar. Lewat akun @ayaswords ia memberikan penjelasan dibalik adegan viral itu.

Ayas mengaku saat itu sedang deadline skrip dan tim penulis dituntut untuk membuat skrip cepat dan aman agar lolos sensor. Maka, dipilihlah adegan hello kitty direbus.

“Saat itu tengah malam dan deadline kami tinggal 1 jam. Kami lelah dan ngantuk, kami memutuskan ini adalah adegan paling aman,” kata Ayas seperti dikutip, Sabtu 13 Juni 2020.

Ayas menjelaskan dalam adegan itu ada anak kecil sehingga tidak boleh menampilkan adegan sadis meliputi darah, api hingga kekerasan. Ada saran dari netizen mengapa boneka Hello Kitty tidak dicabik-cabik.

Menanggapi hal tersebut, sang penulis justru minta maaf. “Ya maaf guys sudah pusing waktu itu pengen tidur,” jawabnya.

Sinetron tersebut ditayangkan setiap hari dengan durasi dua jam atau setara dua episode. Sehingga, setiap adegan harus aman agar bisa lolos lembaga sensor dan tayang di televisi.

“Kalau ada yang nggak lulus sensor, ya kita bisa diteror tanpa lihat waktu untuk menulis adegan pengganti yang akan disyutingkan saat itu juga,” ungkapnya.

Terlebih. ia mengaku bahwa dalam sehari diwajibkan untuk menyerahkan skrip 3-6 episode. Di sisi lain, Ayas juga mengungkap mengenai tradisi sinetron-sinetron Indonesia yang memiliki episode hingga ribuan bahkan terkadang memiliki alur cerita yang masuk akal.

“Karena ratingnya masih tinggi guys. Kalau rating rendah pasti collapse sendiri nggak akan dipaksakan sumpah,” tuturnya.

BACA JUGA: Viral! Taufik Monyong, Seniman Jatim yang Tantang Diri untuk Hirup Mulut Pasien COVID-19

Menjelan akhir utasannya, ia menegaskan uatasn yang ia buat bukan untuk menjelek-jelekan sinetron Indonesia, apalagi sering dibandingkan dengan produksi luar neger.

“Gaes, ini thread bukan buat ngejelek2in industri pertelevisian indonesia ya hehe. Ini supaya kalian yg belum paham ga bertanya2 kenapa kok tv indonesia kayak gini beda sama tv luar dll. Semua kembali kek demand guys. Ada demand ya ada yg supply. Simple as that,” kata dia.

“Bukan jg menyuruh kalian menyerah sama pertelevisian indonesia. Hanya memberi sudut pandang yg berbeda so we can all learn together on different prespective. Ga semua yg buruk di mata sebagian orang, jg buruk di mata sebagian yg lain. Selera, cara pandang, wawasan orang berbeda2.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini