MATA INDONESIA, LAMONGAN –Sungguh kisah menginspirasi bagi kalangan milenial. Belum lama ini, Muhammad Hariz Izzudin, siswa SMA di Kabupaten Lamongan berhasil merintisaplikasi becak online. Aplikasi itu diberi nama Go-cab.
Hariz mengatakan, pemberian nama Go-cab pada aplikasi buatannya tersebut tidak asal meniru nama sebuah aplikasi jasa transportasi online yang sudah terkenal.
“Go itu kan pergi, cab itu berasal dari pedicap atau becak, jadi Go-cab adalah pergi menggunakan pedicab. Kalau go-nya itu tidak melanggar hak cipta kok, kemarin kita sudah konsultasi juga, untuk nama dan logo juga kita sudah konsultasi,” katanya melansir pemberitaan timesindonesia, Sabtu 22 Februari 2020.
Siswa kelas XI Madrasah Aliyah (MA) Sains Roudlotul Qur’an Lamongan ini mengaku, latar belakang pembuatan aplikasi ini buah dari keluhan seorang tukang becak tentang sepinya penumpang.
“Saya kan biasa naik becak, tanya-tanya sama bapak becaknya, satu hari itu dapat berapa tarikan pak? Kadang 3, kadang 2, kadang sehari cuma dapat 10 ribu. Bapaknya juga curhat ke saya, semenjak ada ojek online jadi tersaingi,” ujarnya.
“Terus saya tiba-tiba terpikir membuat aplikasi becak online,” ucap siswa yang tinggal di Dusun Glendeh, Desa Tunggunjagir, Kecamatan Mantup, Lamongan itu.
Kata Hariz, aplikasi yang mulai ia buat pada akhir Juli 2019 tersebut memiliki 3 fitur pelayanan, yaitu Go-bela, Go-caktip dan Go-jet.
“Go-bela, itu untuk penumpang biasa, tapi kan muat lebih banyak jadi lebih menarik dari pada ojek motor biasa. Kalau Go-caktip, karena becak itu muatannya banyak, bisa mengirim barang-barang, misalnya dari pasar, bisa dikirim lewat go-caktip ini,” katanya.
“Kalau Go-jet, itu untuk pijat, jadi layanan itu kita kerja sama dengan penyandang tuna netra, jadi kita manfaatkan mereka yang tuna netra, tapi punya sertifikat pijat,” ujarnya menambahkan.
Hanya saja, kata Hariz, aplikasi tersebut saat ini msih belum dirilis, karena masih dalam tahap pengembangan.
“Masih dalam tahap pengembangan. Juga masih dikenalkan dulu, bahwa Go-cab ini ada di Lamongan. Besok mau ada yang event internasional di Jogja, tanggal 28/29 juni sampai 4 juli,” katanya.
Lebih lanjut Hariz mengatakan, selain membuat aplikasi, Ia juga berencana mengajak koperasi Ikateman, yang merupakan koperasi khusus becak di Lamongan untuk bekerjasama membantu tukang becak agar memiliki smart phone.
“Di Lamongan kan membeli becak dengan mencicil setiap hari, melalui koperasi Ikateman itu. Niat saya kan banyak tukang becak yang tidak punya hp, nah itu nyicilnya sama dengan becak. Becak harganya 4 juta nyicilnya Rp 3.000 satu hari kok. Apalagi hp yang lebih murah,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah MA Sains Roudlotul Qur’an, Imron rasyid, mengaku begiu bangga dengan karya anak didiknya tersebut.
“Ini (Go-cab) bukan karya yang pertama. Sebelumnya juga sudah sering, sudah pernah ikut lomba di tingkat nasional, yang diselenggarakan di Unair,” katanya.
Rasyid juga mengatakan bahwa pihak sekolah akan melakukan upaya semaksimal mungkin untuk mendukung Hariz. Apalagi, kata Rasyid, aplikasi becak online bernama Go-cab juga untuk membantu tukang becak di Lamongan.
“Kalau support sekolah, di sini kita juga selalu melakukan pendampingan, jadi seperti apa yang dibutuhkan, insya allah sekolah selalu menyediakan,” ujarnya.