Potret Kehidupan Megawati Soekarnoputri, Anak Sang Proklamator

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Lahir dari darah seorang Proklamator Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri senantiasa terlihat aktif dalam dunia politik. Di usiannya yang menginjak 73 tahun, Putri dari Ir. Soekarno ini bahkan masih tetap eksis menghadiri berbagai acara negara, terutama yang berkaitan dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Mengikuti jejak Sang Ayah, Ketua Umum Partai Banteng ini juga pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-5 pada 23 Juli 2001 hingga 20 Oktober 2004. Mulainya, ia mengawali karir dalam dunia politik dengan menjadi Wakil Ketua PDIP Cabang Jakarta Pusat pada tahun 1986. Karir politiknya pun melesat hingga ia berhasil menduduki kursi DPR-RI dalam kurun waktu satu tahun.

Sejak remaja, Megawati memang sudah tertarik dengan organisasi berbau nasionalis. Dengan didikan yang baik, ia bahkan jadi panutan bagi teman-temannya dalam bertata krama saat masih kecil. Lalu bagaimana potret kehidupan Megawati dari kecil hingga menjadi pemimpin negara. Berikut ulasannya.

1. Megawati Cilik

Megawati semasa kecil

Megawati lahir pada masa Agresi Militer Belanda. Pada saat itu, Ir. Soekarno tengah diasingkan ke pulau Bangka. Megawati lalu dibesarkan di Istana Merdeka saat setelah Kemerdekaan Indonesia.

Wanita penggemar sambal ini dikenal paling lincah saat masa kecilnya. Ia gemar bermain bola, petak umpet, serta sering ikut memanjat pohon bersama Sang Kakak, Guntur.

Sejak kecil, Megawati sudah diajarkan bagaimana selalu tempil rapi dan sopan santu dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan untuk cara makan dan bersin pun perlu dipelajari oleh Sang Ketum Partai Banteng ini.

2. Megawati Remaja

Megawati remaja

Megawati remaja adalah pribadi yang memiliki kegemaran menonton pertandingan basket bersama dengan sahabat-sahabatnya. Bahkan ia pernah membolos demi mendukung tim basket sekolahnya, Perguruan Cikini.

Disamping itu, ketertarikannya pada dunia politik pun menjadikan mahasiswi Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran ini selalu aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

3. Pernah Jadi Cover Majalah

Megawati jadi cover majalah Violeta

Di kala usianya menginjak kepala dua, potret Megawati sempat menghiasi cover majalah. Wajah cantik nan menawan tersebut terpampang dalam majalah Violeta Edisi tahun 1973.

4. Pernikahan Megawati

Megawati menikah pertama kali dengan seorang pilot pesawat AURI bernama Surindro Supjarso. Sosok suami pertama Megawati ini juga merupakan perwira pertama di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) Republik Indonesia.

Namun rumah tangga Megawati harus berakhir setelah Surindo dikabarkan meninggal dunia karena kecelakaan pesawat saat Megawati mengandung anak kedua.

Megawati dan Surindro

Setelah pernikahannya dengan Surindo, Megawati sebenarnya pernah dikabarkan menikah seorang mantan diplomat Mesir di Indonesia, Hassan Gamal Ahmed Hassan. Namun pernikahan keduanya harus dibatalkan karena keluarga besar Soekarno tidak merestui hubungan mereka.

Megawati-Taufik Kiemas

Pada 25 Maret 1973, Megawati pun menikah dengan Taufiq Kiemas. Terdapat sebuah persamaan unik antara Megawati dan Sang Suami, yaitu Mega punya tahi lalat di wajah sebelah kanan, sementara Taufiq punya tahi lalat di wajah sebelah kiri. Dari pernikahannya yang ketiga kali ini Megawati dikaruniai anak bernama Puan Maharani.

5. Menjadi Presiden RI Ke-5

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri

Menjadi presiden wanita Indonesia pertama, Megawati dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya, Megawati sempat gagal menjadi presiden pada Pemilu 1999. Saat itu presiden belum dipilih langsung oleh rakyat, melainkan masih dipilih oleh MPR.

Pada pemilu pascareformasi tahun 1999, harusnya ia telah menjadi presiden dengan raihan suara PDIP sebesar 33,74 persen. Namun, karena ada proses politik di DPR, Megawati batal menjadi presiden dan MPR dalam Sidang Umum 1999 memutuskan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden.

Namun pada 2001, dinamika politik berbalik arah. Dalam Sidang Istimewa yang digerakkan oleh Amien Rais selaku ketua MPR pada saat itu, Gus Dur terpaksa harus lengser. Megawati pun naik menjadi presiden. (Marizke/R)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini