MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diprediksi akan melanjutkan keperkasaannya di awal pekan, 16 Desember 2019. Jumat lalu rupiah ditutup di level Rp 13.985 atau menguat 0,29 persen.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim meramalkan laju penguatan rupiah akan berkisar di range Rp 13.960 hingga Rp 14.010 per dolar AS.
Ia mengatakan penguatan rupiah dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar negeri di antaranya sebagai berikut.
Pertama, investor jadi sumringah lantaran hubungan AS-China terus membaik. Kabar terbaru, AS siap untuk menunda atau bahkan membatalkan pengenaan bea masuk baru untuk importasi produk China senilai 160 miliar dolar AS yang sedianya berlaku 15 Desember nanti.
Tidak hanya itu, AS juga akan memberi diskon 50 persen atas bea masuk yang berlaku selama masa perang dagang lebih dari setahun terakhir. Sebagai informasi, AS telah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk China senilai 550 miliar dolar AS selama periode tersebut.
“China pun memberi respons positif dan berencana membeli produk pertanian AS senilai 50 miliar dolar AS tahun depan. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2017, sebelum perang dagang meletus,â€kata Ibrahim sore ini.
Kedua, soal Brexit. Kabar dari Inggris juga menjadi sentimen positif di pasar. Kemarin, rakyat Inggris memilih anggota parlemen dalam Pemilu yang dipercepat dari jadwal yang seharusnya dijadwalkan pada 2022 nanti.
Partai Konservatif pun memenangi Pemilu. Boris Johnson masih menjabat sebagai Perdana Menteri. Tidak ada perubahan kepemimpinan. “Ini membuat proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) diharapkan lebih mulus, karena tidak ada perubahan kebijakan,†ujarnya.
Ketiga, investor juga berbunga-bunga karena Presiden The Fed (Bank Sentral AS) mengatakan masa depan perekonomian AS cukup cerah.