MINEWS, JAKARTA – Pada 11 November 2004, Presiden Palestina saat itu, Yasser Arafat menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Militery Percy, Paris, Perancis. Ia meninggal di usianya yang ke-75 tahun.
Kematiannya seketika menggemparkan dunia. Pasalnya, banyak pihak menduga bahwa Yasser meninggal karena dibunuh.
Dugaan tersebut pun bukan tanpa alasan. Institut de Radiophysique di Lausanne, Swiss menemukan barang-barang milik Yasser yang ternyata mengandung radioaktif polonium delapan tahun pasca wafatnya.
Benda tersebut merupakan racun yang jika mengkonsumsinya akan mengakibatkan kerusakan pada liver dan ginjal serta mual, diare, dan sakit kepala ekstrem.
Beredarnya kabar tersebut membuat istri Yasser, Suha Arafat, meminta pemerintah Palestina untuk menggali kembali makam suaminya. Orang-orang yang mendukung Yasser pun menuntut keadilan Siapa yang harus bertanggung jawab atas kematiannya?
Kelompok ilmuwan yang mengidentifikasi jenazah Yasser yakin, pemimpin Palestina ini memang diracun dengan Polonium.
Tim investigasi Palestina ikut turun tangan dan mulai menyelidiki kejanggalan meninggalnya presiden mereka. Setelah melalui proses penyelidikan, pada 11 November 2015, tim mengklaim bahwa Israel yang bertanggung jawab atas kematian Yasser Arafat.
Meski tim investigasi Palestina telah mengungkapkan hal demikian, Israel masih tetap menyangkalnya. Namun, rakyat Palestina percaya bahwa memang Israel lah yang telah meracuni pemimpin mereka. (Annastasya Rizqa/RyV)