MINEWS.ID,JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada akhir perdagangan sore ini, 30 September 2019. Rupiah melemah 0,21 persen atau berada di level Rp 14.195 per dolar AS.
Mengutip data RTI Business, hari ini rupiah bergerak pada rentang Rp 14.165 hingga Rp 14.195 per dolar AS.
Hingga pukul 16.11 WIB,sejumlah mata uang Asia juga bergerak variatif. Misalkan Yuan China melemah 0,46 persen. Dolar Singapura turun 0,09 persen. Sedangkan Yen Jepang malah menguat tipis 0,01 persen.
Untuk mata uang negara maju, seperti dolar Australia dan Euro masing-masing turun 0,16 persen dan 0,09 persen. Sementara poundsterling menguat 0,31 persen
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh sejumlah sentimen eksternal di antaranya,
Pertama, pelaku pasar mengabaikan berita bahwa pemerintahan Trump mempertimbangkan untuk menghapus daftar perusahaan China dari pasar saham AS setelah laporan disaring oleh pejabat Departemen Keuangan, tetapi sentimen investor tetap rapuh.
Liu He, negosiator perdagangan utama China, akan menuju ke A.S. pada Oktober untuk putaran baru pembicaraan perdagangan.
“Kekhawatiran bahwa negosiasi antara China dan Amerika Serikat tidak akan mengarah pada kesepakatan perdagangan, dan memperdalam ketidakpastian politik di Amerika Serikat setelah dimulainya penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump, telah membuat para investor gelisah dan mendorong permintaan dolar,” ujar dia sore ini.
Kedua, pasar sedikit terbantu dengan liburnya pasar di China selama sepekan di mulai dari hari selasa, yang menandai peringatan ke-70 Republik Rakyat Cina.
Sementara itu, rilis data ekonomi China cukup bagus. Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) China pada Senin ini, indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) pada September naik menjadi 49,8.
Raihan ini lebih baik dari proyeksi dalam survei ekonom Bloomberg yakni 49,6. Tapi etap saja, PMI manufaktur China berada di bawah level 50, yang membatasi ekspansi dan kontraksi, untuk bulan kelima berturut-turut.
Ketiga, pelaku pasar juga sedang menunggu rilis Inflasi Jerman, pertumbuhan ekonomi Inggris dan indikator manufaktur AS semua akan dirilis Senin, dengan angka ketenagakerjaan AS pada akhir minggu.