MINEWS.ID, JAKARTA – Setiap menjelang akhir September, kita selalu diingatkan dengan peristiwa pembunuhan 10 jenderal Tahun 1965. Selama ini peristiwa itu selalu dikenal dengan sebutan G 30 S/PKI. Benarkah begitu?
Ternyata itu bukan satu-satunya sebutan untuk peristiwa berdarah bagi TNI AD. Setidaknya dalam catatan sejarah ada tiga istilah yang diasosiasikan kepada pembunuhan tersebut.
Pertama, Gerakan 30 September
Istilah itu menurut sejarawan Asvi Marwan Adam sesuai dengan dokumen yang dikeluarkan pelakunya seperti Letkol Untung dan Latief.
Sebutan ‘Gerakan 30 September’ itu bertahan hingga pertengahan 1965 sejak dikeluarkannya dokumen dari Untung tanggal 1 Oktober 1965.
Kedua, Gestok
Orang yang pertama menggunakan istilah itu adalah Presiden Soekarno. Dia beranggapan bahwa terjadinya pembunuhan pada 1 Oktober, maka dia menyebutnya Gerakan Satu Oktober (Gestok).
Ketiga, Gestapu
Kedua istilah tersebut kemudian ditandingi oleh TNI AD dan gerakan-gerakan kelompok Islam dengan memberi sebutan Gestapu. Tujuannya untuk mengasosiasikan dengan Gestapo Nazi yang terkenal kejam.
Namun, istilah tersebut tidak populer karena menyalahi kaidah bahasa Indonesia karena merupakan singkatan dari Gerakan September Tiga Puluh.
Keempat, G 30 S/PKI
Istilah inilah yang diviralkan almarhum Soeharto sejak 1966. Pertama kali dipublikasi adalah sejak Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) menyelenggarakan pengadilan pertama untuk pelaku pembunuhan jenderal tersebut. Terdakwanya adalah Nyono, Ketua CC PK Jakarta Raya.
Istilah itu akhirnya benar-benar merasuk ke benar warga negara Indonesia (WNI) dan menjadi hantu yang menakutkan setiap menjelang akhir September. Sebab sejak 1984 setiap stasiun televisi siaran wajib memutar film Pengkhianatan G 30 S/PKI yang disutradarai Arifin C Noor.
Namun sejak Soeharto lengser, film itu tidak diputar lagi pada September 1998 dengan alasan mengkultuskan seseorang.