Oleh : Dirandra Falguni )*
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu langkah konkret pemerintah dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia. Dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk DPR RI, Badan Gizi Nasional (BGN), serta institusi pendidikan, program ini diharapkan mampu menekan angka stunting dan malnutrisi, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.
DPR RI bersama BGN menggelar sosialisasi Program MBG di Jalan Manukan Lor, Tandes, Surabaya. Dengan tema Bersama Mewujudkan Gizi Berkualitas untuk Generasi Sehat Indonesia, acara ini dihadiri sekitar 300 peserta, termasuk perwakilan DPR RI, DPRD Surabaya, dan BGN.
Anggota Komisi IX DPR RI, Lucy Kurniasari menyoroti pentingnya pembangunan dapur MBG sebagai infrastruktur utama program ini. Keterbatasan lahan menjadi tantangan dalam implementasinya. Lahan yang terbatas menjadi kendala utama, tetapi harus segera diupayakan agar anak-anak, balita, serta ibu hamil dan menyusui bisa segera menerima manfaatnya.
Sebagai solusi, dapur MBG di Manukan Lor dirancang untuk melayani 3.000 hingga 4.000 siswa dalam radius enam kilometer. Lucy menekankan pentingnya keterlibatan UMKM lokal dalam distribusi makanan bergizi, guna memperkuat ekonomi masyarakat setempat. BGN menargetkan pendirian 30.000 dapur MBG di seluruh Indonesia pada 2026. Dengan pencapaian ini, diharapkan akses terhadap makanan bergizi semakin merata. Surabaya sendiri telah menunjukkan keberhasilan dalam menekan angka stunting, yang berbuah penghargaan nasional. Lucy menegaskan komitmen pemerintah dalam memastikan tidak ada lagi ibu hamil berisiko tinggi atau anak dengan kekurangan gizi.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB), anggota Komisi IX DPR RI, Muazzim Akbar mengawal pembangunan 128 dapur MBG. Sosialisasi program ini telah dilakukan di Kecamatan Wanasaba dan Selong, Lombok Timur. Setiap dapur MBG membutuhkan tenaga kerja sebanyak 47 orang yang berasal dari masyarakat sekitar. Tukang masak, tukang antar, maupun pengelola bahan pokok, semuanya berasal dari masyarakat sekitar. Hal tersebut juga menciptakan lapangan kerja baru.
BGN menargetkan pembangunan 128 dapur MBG di NTB pada semester pertama 2025, dengan 22 dapur mulai dibangun pada Februari 2025. Perekonomian desa diprediksi akan tumbuh pesat berkat keterlibatan petani dan peternak lokal dalam penyediaan bahan baku makanan.
Melalui mekanisme ini, para petani dan peternak akan mendapatkan pasar yang lebih stabil, sementara masyarakat desa turut aktif dalam program MBG melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Institut Pertanian Bogor (IPB) meluncurkan Pusat Unggulan (Center of Excellence) Program MBG. Acara ini dihadiri oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, serta pejabat terkait lainnya.
Wamen Fauzan menekankan bahwa program MBG tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak-anak, tetapi juga mendukung perkembangan mental dan karakter mereka. Perguruan tinggi diharapkan berperan aktif dalam penelitian dan evaluasi program ini. Perguruan tinggi harus mengambil peran lebih besar dalam memberikan solusi atas permasalahan di masyarakat, termasuk peningkatan kualitas gizi melalui MBG.
Sementara itu, Rachmat Pambudy menegaskan bahwa MBG merupakan program prioritas nasional yang dapat menyelamatkan generasi masa depan Indonesia. MBG tidak hanya menyelamatkan ibu hamil dan anak-anak kita, tetapi juga masa depan pembangunan nasional kita. Ini adalah bagian dari upaya menuju Indonesia Emas 2045.
Kepala BGN Dadan Hindayana menyambut baik peluncuran Pusat Unggulan MBG di IPB. Menurutnya, perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas program MBG, terutama dalam riset menu, nutrisi, serta bahan baku. Pihaknya menyambut baik peluncuran pusat penelitian dan kajian tentang makanan bergizi di IPB. Ini merupakan langkah positif untuk meningkatkan kualitas program MBG.
Sejak diluncurkan pada 13 Januari 2025 di Kota Sorong, program MBG telah menjangkau 294 sekolah dengan total penerima manfaat mencapai 59.803 siswa. Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, menekankan bahwa MBG tidak hanya sekadar penyediaan makanan bagi siswa, tetapi juga bagian dari strategi besar peningkatan kualitas pendidikan.
Banyak siswa yang sebelumnya datang ke sekolah dalam kondisi lapar kini dapat belajar dengan lebih fokus berkat program ini. Kepala Sekolah SD Negeri 24 Rufei, Kota Sorong, Sientje Martentji Ajomi, mengungkapkan bahwa MBG telah meningkatkan semangat belajar siswa secara signifikan. Hal yang sama disampaikan Kepala Sekolah SD Negeri 9 Kota Sorong, Mince Kambu, yang mencatat bahwa setelah menerima makanan bergizi secara rutin, siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar.
Program ini juga menanamkan disiplin, kebersihan, dan kebiasaan makan sehat kepada siswa. Dengan jadwal makan yang teratur dan pengawasan gizi, anak-anak tidak hanya mendapatkan nutrisi yang cukup tetapi juga memahami pentingnya pola makan sehat.
Keberhasilan program MBG tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat. Dengan kolaborasi yang solid, program ini diharapkan mampu menjadi solusi nyata dalam meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia.
Melalui pembangunan ribuan dapur MBG, penciptaan lapangan kerja, serta keterlibatan perguruan tinggi dalam penelitian dan evaluasi, program ini dapat menjadi pilar utama dalam membangun generasi sehat dan berkualitas menuju Indonesia Emas 2045.
Agar program MBG berjalan optimal, masyarakat juga harus berpartisipasi aktif, baik dalam mengawasi distribusi makanan bergizi maupun memberikan masukan terhadap efektivitas program ini. Kesadaran akan pentingnya gizi seimbang dan pola hidup sehat juga harus terus ditingkatkan.
Dengan langkah-langkah yang telah dilakukan, program MBG diharapkan menjadi solusi berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat serta menyiapkan generasi emas Indonesia di masa depan.
)* Kontributor Beritakapuas.com