Logistik Bilik Suara untuk Pemilu Mulai Berdatangan, KPU DIY Minta Pengawasan Diperketat

Baca Juga

Mata Indonesia, Yogyakarta – KPU DIY telah menerima sejumlah logistik menjelang Pemilu 2024 pada akhir Oktober ini. Kabupaten Bantul dan Sleman merupakan dua wilayah yang telah menerima sejumlah bilik suara.

Ketua KPU DIY, Ahmad Shidqi mengungkapkan bagi KPU yang sudah menerima logistik harus mulai mengetatkan pengawasan.

Bukan tanpa alasan, kekosongan komisioner di beberapa KPU kabupaten/kota terhadap habisnya masa jabatan juga perlu diperhatikan. Meski begitu pihaknya meyakini, sisa komisioner di KPU masing-masing wilayah bisa menjaga kemanan logistik.

“Yang jelas harus mulai diawasi secara ketat. Di sisi lain logistik itu juga disimpan di sekretariat kabupaten kota. Jadi kendala juga minim,” katanya.

Shidqi merinci kedatangan logistik pemilu, mulai dari KPU Bantul telah menerima lebih kurang 12.664 bilik suara pada 24 Oktober kemarin. Sementara KPU Sleman telah menerima 13.828 bilik suara pada Senin, 30 Oktober 2023.

“Sejauh ini baru bilik suara yang baru dikirim ke Bantul dan Sleman. Jadi jumlah sudah disesuaikan, Masing-masing TPS diberi empat bilik suara,” katanya Jumat 27 Oktober 2023.

Sementara untuk tiga kabupaten/kota lainnya, Kota Jogja, Gunungkidul dan Kulo Progo akan menerima logistik pemilu pada 28 Oktober.

Disinggung terkait bahan bilik suara yang akan digunakan, Shidqi memastikan bahwa jenis dan bahan tersebut sama seperti Pemilu 2019 lalu.

“Sama dengan 2019 yang lalu, misal kotak suara dan bilik suara bahannya dari karton duplek. Semacam kardus tapi tahan air hingga beban berat,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini