Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Punya Harta Rp 31,9 M dan Utang Rp 6 M

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Anies Baswedan sudah tidak lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sebagai penggantinya adalah Heru Budi Hartono.

Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, melantik Heru Budi Hartono di Gedung Sasana Bhakti Praja, Kemendagri, Jakarta, Senin 17 Oktober 2022.

Sebelum menjadi Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono menjabat sebagai Kepala Sekretariat Presiden.

Dari situs elhkpn.kpk.go.id, Heru Budi Hartono memiliki harta kekayaan mencapai Rp 31,9 miliar atau tepatnya Rp 31.987.685.032 per 2022.

Namun, Heru Budi Hartono juga masih mempunyai utang sebesar Rp 6.058.945.215 sehingga mengurangi nilai asetnya.

Heru Budi termasuk pejabat yang rutin melaporkan harta kekayaannya setiap tahun. Dari daftar tersebut, harta Heru Budi Hartono terus mengalami kenaikan.

Laporan pertama Heru Budi Hartono kepada KPK pada 2018 dengan kekayaan Rp 17.594.004.659.

Dengan demikian ada kenaikan sebesar Rp 14 miliar selama empat tahun laporan harta Heru Budi Hartono.

Berikut daftar harta kekayaan Heru Budi Hartono per tahun:

– 2018: Rp 17.594.004.659

– 2019: Rp 20.765.104.414

– 2020: Rp 22.177.736.063

– 2021: Rp 25.830.443.058

– 2022: Rp 31.987.685.032

Dalam harta kekayaan per 16 Februari 2022, Heru Budi Hartono mempunyai 12 bidang tanah dan bangunan dengan nilai Rp 23.455.346.868.

Ke-12 tanah itu berada di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bekasi, hingga Bogor.

Pria berusia 56 tahun itu juga memiliki tujuh unit kendaraan yang terdiri dari motor, mobil, dan sepeda.

Nilai ke-7 kendaraan itu sebesar Rp 1.293.369.000.

Mantan Wali Kota Jakarta Utara itu juga memiliki harta bergerak lainnya dengan nilai Rp 617.450.000. Aset lain yang dimiliki Heru Budi Hartono adalah surat berharga serta kas dan setara kas masing-masing Rp 3.692.500 dan Rp 12.676.771.879.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemandirian Pangan dan Energi di Papua Menjadi Pilar Strategis Pembangunan Nasional

Oleh: Markus Yikwa *) Agenda kemandirian pangan dan energi kembali menempati posisi sentral dalam arah kebijakanpembangunan nasional. Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa ketahanan negara tidakhanya diukur dari stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga dari kemampuan memenuhikebutuhan dasar rakyat secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Papua ditempatkansebagai salah satu wilayah kunci, baik untuk mewujudkan swasembada pangan maupunmemperkuat fondasi kemandirian energi berbasis sumber daya domestik seperti kelapa sawit. Upaya percepatan swasembada pangan di Papua mencerminkan pendekatan pemerintah yang lebih struktural dan berjangka panjang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagaikesempatan menekankan bahwa defisit beras di Papua tidak dapat diselesaikan hanya dengandistribusi antarpulau, melainkan harus dijawab melalui peningkatan kapasitas produksi lokal. Dengan kebutuhan beras tahunan yang jauh melampaui produksi eksisting, pemerintah memilihstrategi pencetakan sawah baru secara masif sebagai solusi konkret. Pendekatan ini menunjukkankeberanian negara untuk menyelesaikan masalah dari hulunya, bukan sekadar menambalkekurangan melalui mekanisme pasar jangka pendek. Kebijakan pencetakan sawah baru di Papua, Papua Selatan, dan Papua Barat tidak berdiri sendiri. Pemerintah juga menyiapkan dukungan menyeluruh berupa penyediaan benih unggul, pupuk, pendampingan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur irigasi dan akses produksi. Sinergiantara pemerintah pusat dan daerah menjadi prasyarat utama agar program ini tidak berhentisebagai proyek administratif, melainkan benar-benar mengubah struktur ekonomi lokal. Denganproduksi pangan yang tumbuh di wilayahnya sendiri, Papua tidak hanya mengurangiketergantungan pasokan dari luar, tetapi juga membangun basis ekonomi rakyat yang lebihtangguh. Lebih jauh, visi swasembada pangan yang disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman menempatkan kemandirian tiap pulau sebagai fondasi stabilitas nasional....
- Advertisement -

Baca berita yang ini