Salah Identifikasi, Polisi Lepaskan Abdul Manaf dalam Kasus Pengeroyokan Ade Armando

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Salah satu orang yang dituding melakukan pengeroyokan dan pelecehan kepada dosen UI Ade Armando dibebaskan polisi. Ia adalah Abdul Manaf yang sebelumnya disebut sebagai tersangka kasus pengeroyokan saat demo 11 April 2022. Polisi menyebut namanya berdasarkan hasil face recognition.

Namun setelah polisi memeriksanya di Karawang, Jawa Barat, ia ternyata tidak terlibat pengeroyokan tersebut. Apalagi sejumlah saksi dan orang terdekat Abdul Manaf menyatakan dia tidak berada di Jakarta saat pengeroyokan terjadi.

Hasil pemeriksaan itu membuat kepolisian tidak menangkapnya. Abdul Manaf bahkan tidak menjadi tersangka.

”Engga saksi, gak terlibat kan,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes E Zulpan, Rabu 13 April 2022.

Zulpan lalu menjelaskan bagaiman proses identifikasi Polda Metro Jaya terhadap pelaku pengeroyokan Ade Armando.

“Kita identifikasi awalnya begitu terjadi kejadian pemukulan pengeroyokan. Beberapa pelaku teridentifikasi dengan menggunakan teknologi face recognition CCTV. Rekaman video hasil identifikasi mengarah kepada enam ,” kata Zulpan.

Polisi lalu mencari keenam orang tersebut. Tiga di antara keenamnya sudah tertangkap yaitu Komarudin, Muhammad Bagja dan Dhia Ul Haq. Mereka bertiga benar pelaku pengeroyokan.

”Tiga orang yang sudah kita tangkap valid sesuai identifikasi kita ini,” kata Zulpan.

Sementara untuk Abdul Manaf setelah ada pemeriksaan, polisi menyatakan dia tidak terlibat. Polisi melepaskannya karena tidak ada fakta hukum Abdul Manaf sebagai pelaku.

“Orang empat yang kita temukan di Karawang ternyata tidak valid, tidak sama, polisi harus tidak boleh menetapkan seseorang yang bukan merupakan pelaku bukti keterkaitan menggunakan metode scientific crime investigation jadi harus berdasarkan sesuatu yang benar-benar nyata berdasarkan fakta hukum bahwa orang itu pelaku atau tidak,” kata Zulpan.

Zulpan mengungkap kesalahan identifikasi ini karena dalam rekaman pelaku menggunakan topi. ”Berdasarkan penggunaan teknologi face recognition Polda Metro tingkat akurasinya pada saat itu belum 100 persen, Abdul Manaf, karena orang yang kita duga pelaku itu menggunakan topi sehingga begitu topinya dibuka tingkat akurasinya tidak 100 persen,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini