MATA INDONESIA, JAKARTA-Para Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kepulauan Riau (Kepri), Kota Batam mulai menerapkan bisnis hijau. Hal ini dilakukan untuk mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) 2022.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, peralihan ke bisnis hijau akan mengurangi dampak buruk perubahan iklim, meningkatkan kualitas produksi, biaya input yang lebih rendah, mendapatkan akses ke pasar baru, dan mampu menghasilkan produk atau layanan baru.
Dalam kampanye Gernas BBI 2022, terdapat salah satu pelaku UKM kreatif binaan Bank Indonesia Kepri, Suyanti Lelonowati atau akrab disapa Yanti, yang memamerkan produk usaha kerajinan tangan dari gonggong (jenis kerang-kerangan) hasil mengolah limbah laut.
Ia menjual pelbagai variasi bentuk produk yang dibuat menggunakan gonggong sebagai bahan utamanya, seperti bunga, pot bunga, pajangan, kalung, dan mahkota.
Kemampuan yang ia miliki untuk mengolah limbah laut merupakan kebiasaan sejak lama. Awalnya, Yanti mempunyai hobi merangkai bunga gonggong untuk disimpan secara pribadi.
Setelah bertemu dengan temannya yang juga membuat bunga gonggong dan mengatakan bahwa dirinya memiliki potensi daya kreatif, barulah ia merasa terpacu untuk menjadi seorang perajin sekaligus pengusaha produk gonggong.
Tahun 2010, Yanti akhirnya memutuskan untuk membangun tempat usaha bernama Rumah Keong di Batam karena melihat peluang usaha dari penjualan produk gonggong.
Saat baru memulai, ia tak mempunyai alat untuk mempermudah produksi kerajinan gonggong. Hingga kemudian Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kepri memberikan alat untuk membantu pengembangan produk tersebut.
Dirinya berharap bisnis ini dilanjutkan generasi masa depan karena masih banyak limbah gonggong di pesisir laut yang masih menggunung. “Ini ikon kota Batam loh. Sampahnya menggunung, bisa dibuat sesuatu, dan bernilai tinggi,” katanya.
Dalam hal ini, Dinas Pendidikan setempat disebut dapat memberikan arahan kepada anak-anak muda yang memiliki talenta di bidang kerajinan agar semakin bangga mengolah dan menggunakan produk lokal.
Kedua, Yanti menginginkan pemerintah mengembangkan UMKM dengan mempermudah berbagai kendala yang dihadapi pelaku kreatif lokal agar masyarakat semakin sejahtera.
Selanjutnya, memberikan pembinaan kepada talenta-talenta yang memiliki bakat kerajinan dan mau bekerja. Serta, memfasilitasi para pelaku UKM agar lebih mudah menjual pelbagai produk lokal, seperti mewajibkan setiap hotel di Batam membeli produk dari mereka.
Dengan itu, ia meyakini cita-cita memajukan sektor ekonomi kreatif di Batam akan tercapai. Adapun Tisnawati menyampaikan apresiasi luar biasa terhadap Pemkot Batam karena telah memberikan dukungan pengembangan usahanya.
Ia mengharapkan Pemkot bisa mendorong produk-produk kreatif, khususnya di sektor kuliner, kriya, dan fesyen, agar UKM dari Batam tidak kalah bersaing dengan produk dari daerah lainnya.