MATA INDONESIA, JAKARTA-Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada asosiasi pengusaha untuk merumuskan transformasi menuju ekonomi yang ramah lingkungan.
Menurut Presiden Jokowi, pelaku usaha perlu merumuskan ekonomi hijau karena mereka lebih tahu kebutuhannya di lapangan.
“Detailkan transformasi ekonomi mulai dari green economy, green energy, green tourism, blue economy seperti apa?” ujar Presiden Jokowi.
Kebijakan Pemerintah Indonesia yang kini lebih berorientasi menuju ekonomi hijau juga tidak terlepas dengan fokus bangsa ini sebagai Presidensi G20 hingga 2022.
Itulah sebabnya, di Rapimnas Kadin Indonesia, sangat jelas disuarakan Presiden bahwa transisi energi hijau juga akan menjadi fokus Indonesia dalam Presidensi G20 hingga 2022.
Sebagai gambaran, sejumlah negara juga telah bergerak ke arah ekonomi hijau. Presiden Jokowi memberikan gambaran bahwa negara-negara di benua biru juga kini cenderung hanya menerima produk-produk ramah lingkungan.
Nah, tambah Kepala Negara, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam mengembangkan ekonomi hijau.
Salah satu contohnya adalah 4.400 sungai yang bisa dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Tidak itu saja, negara ini juga memiliki sumber energi dari panas bumi yang belum tergarap optimal.
“Potensi geothermal kita bisa 29.000 megawatt, baru terpakai 2.000 watt. Artinya, tidak sampai 10 persen,” katanya.
Institusi yang kini banyak terlibat pengembangan energi hijau adalah PT Perusahaan Listrik (PLN) Persero. Menurut Executive Vice President Komunikasi Korporat PLN Agung Murdifi, BUMN itu telah memiliki RUPTL 2021-2030.
“Di blue print merupakan kebijakan jangka pendek dan menjadi komitmen kami mendorong pengembangan energi baru terbarukan,” ujarnya.
Perubahan iklim yang merupakan ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global tidak lagi terbantahkan. Butuh solidaritas, kemitraan, kerja sama, kolaborasi global untuk mencari jawaban terhadap permasalahan tersebut.