Piala AFF 2020: Menang Telak Lawan Laos, Penampilan Indonesia Jauh Lebih Baik

Baca Juga

MATA INDONESIA, SINGAPURA – Timnas Indonesia meraih kemenangan telak 5-1 lawan Laos. Hasil ini disyukuri ketua umum PSSI, Mochamad Iriawan.

Berlaga di Stadion Bishan, Minggu 12 Desember 2021, penampilan Indonesia jauh lebih baik dibandingkan saat meraih kemenangan 4-2 atas Kamboja di laga perdana Grup B Piala AFF 2020.

Stamina pemain yang menjadi sorotan di laga perdana, terbukti jauh membaik. Dari segi penguasaan bola, skuat Garuda unggul jauh 75 persen berbanding 25 persen.

Lima gol Indonesia dicetak Asnawi Mangkualam Bahar melalui titik putih pada menit ke-23, Irfan Jaya menit ke-35, Witan Sulaeman menit ke-56, Ezra Wallian menit ke-77, dan kapten Evan Dimas menit ke-84. Sedangkan satu-satunya gol Laos dilesakkan Kydavone Souvanny menit ke-41.

“Saya kira permainan kita makin bagus. Ada evaluasi setelah di laga perdana, di menit ke-65 fisik sudah kendur. Akibatnya umpan-umpan menjadi tidak terukur,” ujar Iriawan.

“Saya mendapat laporan dari Shin Tae-yong dan Indra Sjafri soal perbaikan saat melawan Laos nanti. Hasilnya bisa kita lihat saat ini,” katanya.

Dalam laga ini, beberapa pemain yang tidak diturunkan saat melawan Kamboja, hari ini diturunkan, seperti Elkan Baggott, Fachruddin Wahyudi Aryanto, Rizky Ridho, dan Ernando Ari Sutaryadi.

“Saya kira setelah pemain komplit, timnas kita akan semakin kuat. Apalagi nanti kalau Egi Maulana Vikri juga bergabung. Kita berharap hasil yang terbaik saat melawan Vietnam dan Malaysia nanti,” ungkapnya.

Berikutnya, Indonesia akan menghadapi Vietnam 15 Desember dan Malaysia 19 Desember pada laga terakhir Grup B.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini