MATA INDONESIA, DOHA – Menteri Luar Negeri Taliban, Amir Khan Muttaqi memperingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak ikut campur dan menggoyahkan pemerintahan mereka.
“Kami jelas mengatakan kepada Amerika Serikat bahwa mencoba untuk mengacaukan pemerintah di Afghanistan tidak baik untuk siapa pun,” kata Muttaqi usai pembicaraan di Qatar, melansir France24.
“Hubungan baik Afghanistan baik untuk semua orang. Tidak ada yang harus dilakukan untuk melemahkan pemerintah yang ada di Afghanistan yang dapat menimbulkan masalah bagi rakyat,” sambungnya.
Taliban kembali menjadi sorotan usai bom mematikan yang terjadi di sebuah masjid Syiah di Kota Kunduz pada Jumat (8/10) waktu setempat dan turut menewaskan 62 orang. Ledakan tersebut disinyalir dilakukan oleh kelompok IS-K yang tampaknya berusaha mengguncang Afghanistan setelah pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan oleh Taliban.
Sebagaimana diketahui, cabang regional ISIS, yang dikenal sebagai Islamic State-Khorasan (IS-K), telah berulang kali menargetkan warga Syiah di Afghanistan. IS-K adalah kelompok Islam Sunni seperti Taliban, tetapi keduanya adalah saingan sengit.
IS-K mengatakan serangan itu dilakukan oleh seorang pembom bunuh diri Uighur yang telah meledakkan rompi peledak di tengah kerumunan jamaah Syiah. Serangan itu terjadi selama salat Jumat dan penduduk kota mengatakan kepada AFP bahwa ratusan jemaah berada di dalam.
“Kami benar-benar terluka dengan apa yang terjadi,” Zemarai Mubarak Zada, 42, mengatakan kepada AFP saat dia meratapi keponakannya yang berusia 17 tahun, yang katanya ingin mengikuti jejaknya dan menjadi dokter.
“Dia ingin menikah. Dia ingin kuliah,” katanya.
Upaya Taliban untuk mengkonsolidasikan kekuasaan telah dirusak oleh serangkaian serangan IS-K yang mematikan. Kepala keamanan Taliban di Kunduz menuduh para penyerang masjid berusaha menimbulkan masalah antara Syiah dan Sunni.
“Kami meyakinkan saudara-saudara Syiah kami bahwa di masa depan, kami akan memberikan keamanan bagi mereka dan bahwa masalah seperti itu tidak akan terjadi pada mereka,” kata Mulawi Dost Muhammad.
Serangan itu disambut dengan kecaman internasional yang luas. Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan agar para pelaku diadili. Guterres juga mengutuk serangan mengerikan hari ini tersebut.
Syiah membentuk sekitar 20 persen dari populasi Afghanistan. Banyak dari mereka adalah Hazara, sebuah kelompok etnis yang telah dianiaya selama beberapa dekade.
Michael Kugelman, pakar Asia Selatan di Pusat Cendekiawan Internasional Woodrow Wilson, mengatakan bahwa Taliban akan kesulitan mengkonsolidasikan kekuasaan kecuali mereka mengatasi terorisme dan krisis ekonomi yang berkembang.
“Jika Taliban, kemungkinan besar, tidak dapat mengatasi masalah ini, mereka akan berjuang untuk mendapatkan legitimasi domestik, dan kita bisa melihat munculnya perlawanan bersenjata baru,” katanya.
Sementara Taliban saat ini sedang mencari pengakuan internasional, serta bantuan untuk menghindari bencana kemanusiaan dan meredakan krisis ekonomi Afghanistan.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan delegasi AS akan menekan Taliban untuk memastikan teroris tidak membuat basis untuk serangan di negara itu.
Itu juga akan menekan penguasa baru Afghanistan untuk membentuk pemerintahan inklusif dan menghormati hak-hak perempuan dan anak perempuan, kata pejabat itu, menekankan pertemuan itu tidak menunjukkan Washington mengakui kekuasaan Taliban.
“Kami tetap jelas bahwa legitimasi apa pun harus diperoleh melalui tindakan Taliban sendiri,” kata pejabat itu.