MATA INDONESIA, JAYAPURA – Nama Lekagak Telenggen dan Egianus Kogoya disebut-sebut sebagai buronan yang paling dicari TNI-Polri di Papua. Pergerakan dua orang pimpinan Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua ini cukup meresahkan dan membuat masyarakat di pedalaman Papua menderita. Namun, aksi mereka terbilang licin sehingga sulit ditangkap.
Menurut keterangan Kepala Satgas Penegakan Hukum (Gakum) Nemangkawi, Kombes Faisal Ramadhani, dari daftar kelompok besar yang telah dipetakan oleh Satgas Nemangkawi dengan para pemimpinnya, kelompok Lekagak dan Egianus dianggap paling berbahaya. “Kalau kelompok Lekagak strukturnya lengkap. Sementara kelompok Egianus ini anak muda semua,” ujarnya di Jayapura, Rabu 18 Agustus 2021.
Lekagak Telenggen saat ini terkenal sebagai pemimpin KSTP Yambi, Kabupaten Puncak. Usianya diperkirakan sudah cukup berumur. Namun, Lekagak mampu memimpin kelompok yang lebih terstruktur atau bisa dikatakan Lekagak lebih memiliki pengetahuan organisasi dan militerisme.
Lekagak yang saat ini menjadi salah satu orang paling dicari aparat keamanan sangat sulit ditangkap karena penjagaannya berlapis.
“Dalam beberapa kali penindakan, Lekagak berhasil lolos terus. Jadi, paling tidak 3 km di depan dia sudah punya pengintai yang siap mengamankan Lekagak,” katanya.
Pada 2019, Lekagak juga diduga kuat sebagai otak berkumpulnya beberapa KSTP dari berbagai kabupaten untuk melakukan aksi di Tembagapura, Kabupaten Mimika, tempat area operasional PT Freeport Indonesia pada 2019 lalu. Mengenai persenjataan, kelompok tersebut diperkirakan memegang sekitar 70 senjata api berbagai jenis.
Berbeda dengan Egianus, Lekagak tidak pernah terlihat langsung dalam aksi kriminal bersenjata di Kabupaten Puncak. Sedangkan Egianus kerap turun langsung bersama pasukannya ketika melakukan aksi.
Sementara mengenai Egianus, ia dikenal sebagai pemimpin KSTP yang masih tergolong muda. Diperkirakan Egianus saat ini masih berusia 20-an tahun. Wilayah operasional kelompok Egianus berada di Kabupaten Nduga. Beberapa lokasi yang kerap didatangi kelompok tersebut adalah Distrik Mbua, Mapanduma dan Keneyam. Ia mewarisi daya juang dari Silas Kogoya yang juga merupakan tokoh gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang telah meninggal dunia.
Egianus dan kelompoknya mengandalkan senjata rampasan dari aparat. Sepak terjang mereka agak sedikit berbeda dengan KSTP lain. Kalau yang lain kerap mendapat suplai senjata dari oknum-oknum tertentu, sedangkan Kelompok Egianus justru tidak pernah terditeksi melakukan jual beli senjata api.
Menurut Faisal, salah satu senjata api yang dipegang kelompok Egianus adalah Minimi. Senjata api minimi mampu memuntahkan 1.000 butir peluru per menit secara otomatis. Senjata tersebut pernah terlihat digunakan Egianus Kogoya ketika menghadang rombongan TNI di Danau Habema pada 23 Agustus 2018 dan mengakibatkan dua anggota TNI gugur.
Selain itu, sosok Egianus diakui Faisal sulit ditangkap atau dilumpuhkan karena ia sangat menguasai geografis daerahnya dan kelompok tersebut tidak pernah keluar dari Kabupaten Nduga.
“Bahkan pada 2019 saat beberapa KKB berkumpul di Tembagapura, hanya Egianus yang tidak datang,” ujar Faisal.