Wastra Nusantara Virtual Market Upaya Generasi Muda Hidupkan Fesyen Berkelanjutan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Memperingati Hari Pemuda Internasional 2021, UNESCO dan Citi Indonesia menggelar Wastra Nusantara Virtual Market yang membahas para wirausaha muda yang berjuang melestarikan kerajinan leluhur.

Peserta mendapatkan pengetahuan seputar wastra tradisional seperti batik, ulos, tenun Lombok, tenun Endek, dan Lurik kemudian bertemu para wirausaha muda yang berjuang melestarikan kerajinan leluhur mereka seperti batik, seraya memadukan praktik tradisional dan kontemporer untuk melestarikan lingkungan.

Karya-karya mereka berhasil menciptakan mata pencaharian warga sekitar sekaligus membantu masyarakat di masa sulit akibat pandemi yang menghancurkan banyak usaha mikro, kecil, dan menengah.

“Kreativitas adalah tentang menggabungkan disiplin dan ide yang ada dengan sentuhan tak terduga. Wirausaha muda di Indonesia melakukan hal tersebut dengan menghembuskan kehidupan baru pada wastra tradisional, dan menjadikan fesyen sebagai agen pembangunan lokal,” ujar Programme Specialist for Culture UNESCO Jakarta, Moe Chiba.

Industri mode global sedang berada di bawah pengawasan yang makin ketat atas praktik-praktik tidak ramah lingkungan dan kondisi tenaga kerja eksploitatif. Dengan latar belakang ini wirausaha muda di Indonesia menemukan cara memastikan fesyen selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals): dengan mengangkat warisan budaya, memanfaatkan pewarna alami, serta mendukung inklusi keuangan perempuan dan pendapatan keluarga.

Indonesia adalah salah satu produsen tekstil terbesar dunia dan industri fesyen memperkerjakan sekitar 3,7 juta penduduk Indonesia.

“Seiring usaha kita untuk pulih dari pandemi COVID-19, inovasi yang diinisiasi kaum muda sangat penting untuk membangun industri fesyen yang lebih berkelanjutan dan inklusif,” ujar Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Valerie Julliand.

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, hampir seperempat penduduk Indonesia terdiri dari kaum muda berusia antara 16 dan 24 tahun—atau sekitar 64,5 juta penduduk. Mereka inilah kelak di tahun 2030, akan menjadi tenaga kerja utama di Indonesia.

Bagi Nina Penenun, kelompok penenun dari Lombok Timur yang anggotanya merupakan penerima manfaat dari proyek UNESCO, perwujudan fesyen berkelanjutan lebih dari sekadar mempromosikan praktik yang ramah lingkungan seperti misalnya pewarnaan alami.

“Kelompok Nina Penenun juga menerapkan pendekatan fashion zero-waste dengan memberdayakan lansia untuk mengolah benang-benang sisa tenun menjadi selendang yang kami sebut Rerempek. Dari sisi ekonomi, kelompok kami juga telah berhasil membebaskan warga yang rentan dari rentenir,” kata Dewi Handayani,” ucap salah satu anggota kelompok yang bekerja di Desa Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, Dwi Handayani.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Pastikan Stabilitas Stok dan Harga Pangan Saat Nataru

Oleh : Andika Pratama Pemerintah terus menunjukkan komitmen yang kuat dalam memastikan stabilitas stok dan harga pangan selama perayaan Natal 2024 dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini