MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebagai negara kepulauan, sebagian wilayah Indonesia dikelilingi oleh hutan. Di dalam tumbuh berbagai jenis kayu yang berkualitas tinggi dan menjadi primadona dunia. Maka tak heran kalau kayu ringan (lightwood) yang dihasilkan dari hutan Kalimantan maupun Jawa amat diminati Cina.
Meski demikian, nilai ekspor kayu ke luar negeri masih relatif kecil. Menurut Ketua Indonesian Lightwood Association (ILWA) Setyo Wisnu Broto, nilai ekspor kayu tidak sampai 1 persen dari potensi pasar kayu dunia yang sebesar 2,1 triliun dolar AS.
“Nilai ekspor kita hanya 10 miliar dolar AS, tidak ada 1 persennya. Padahal kalau kita fokus paling tidak bisa mencapai 5 persen saja sudah sangat besar,” katanya di Solo, Sabtu 29 Mei 2021.
Setyo pun mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah mengembangkan jenis kayu seperti Sengon, Jabon, Albasia untuk dikembangkan di Kalimantan dan Jawa. ILWA juga bekerja sama dengan NGO dari Jerman, Fairventures yang fokus dalam melakukan penghijauan. Tercatat 1 juta pohon sengon sudah ditanam Fairventures di Kalimantan.
“Fairventures ini fokus dalam penghijauan, terutama di lahan-lahan yang terdegradasi,” ujarnya.
Kata Setyo, pihaknya akan mengembangkan hingga menembus angka 100 juta pohon di hutan Kalimantan dan Jawa. Hal ini penting dilakukan karena agar roda industri tetap bergulir dengan ditopang oleh persediaan bahan baku yang melimpah.
Sementara itu, Koordinator Wilayah Amerika dan Eropa Direktorat Jenderal Kerja sama Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan Singgih Sugiyanto mengatakan bahwa pihaknya juga tengah melirik peluang di pasar Eropa. Ia menilai ekspor kayu ringan ke Benua Biru masih memiliki potensi besar. Ia pun berharap agar pengusaha lebih berinovasi agar memiliki daya saing dengan produsen kayu dari negara lain.
Menurut Singgih hal ini bertujuan agar terjadi diversifikasi pasar. Dengan demikian, suplai kayu Indonesia yang melimpah bisa dijual ke negara lain untuk menambah pendapatan negara.
“Maka kita kerja sama dengan Import Promotion Desk (IPD) Jerman dan Swiss Import Promotion Organization (SIPPO) untuk meningkatkan inovasi kayu kita agar bersaing di Eropa,” katanya.