Viral, Seorang Anak di Pedalaman Sudan Fasih Berbahasa Indonesia

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Seorang anak yang ditemui pasukan perdamaian Indonesia di pedalaman Sudan, Afrika ingin sekali ikut ke Indonesia. Lebih mengejutkan, sang anak yang ditemui dari balik pagar kawat berduri itu, fasih berbahasa Indonesia.

Kisah pertemuan pasukan perdamaian Indonesia yang dikenal dengan Indobatt (Indonesia Battalion) diunggah melalui sebuah rekaman video berdurasi lebih dari lima menit di Bebe Channel.

Anak berusia sekitar 11 tahun itu mengaku bernama Sulaiman dan berasal dari Kota Masteri, Sudan.

Pembicaraan mereka seputar kebiasaan penduduk setempat yang melempari pasukan perdamaian di Sudan saat sedang patroli.

“Kalau Indobatt tidak, pasukan Indobatt baik,” kata si anak.

Anggota Indobatt pun membagi biskuit dan uang kepada anak itu dan temannya. Namun si teman tidak bisa berbahasa Indonesia.

Tentara Indonesia yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB di Sudan memang dikenal baik, bahkan anak itu mengaku sedih dan menangis saat mengetahui Indobatt pulang ke tanah airnya. Tidak ada lagi yang berbaik hati membagi makanan dan uang.

Anak itu juga tidak berpikir dua kali saat ditawari ikut ke Indonesia. Dia langsung menjawab, “Iya saya mau.”

Bukan hanya bisa berbahasa Indonesia, sang anak juga bisa menyanyikan lagu “Garuda di Dadaku.”

Konflik di Sudan saat ini berawal pada Desember 2018. Saat itu, pemerintahan Presiden Omar Al Bashir memberlakukan langkah-langkah penghematan darurat mencegah keruntuhan ekonomi.

Pengurangan subsidi roti dan bahan bakar itu justru memicu demonstrasi di timur, dan kemarahan menyebar ke Ibukota Khartoum.

Protes meluas menjadi tuntutan untuk penggulingan Bashir dan pemerintahannya yang telah berkuasa selama 30 tahun.

Pada 6 April, demonstran menduduki alun-alun di depan pusat militer menuntut tentara memaksa presiden turun. Lima hari kemudian, militer mengumumkan bahwa presiden telah digulingkan.

Kekuasaan pun diambil alih Dewan jenderal mengambil alih kekuasaan pada 11 April, tetapi mereka kesulitan mengembalikan negara itu pada situasi normal.

Tujuh anggota Dewan Militer Transisi (TMC) dipimpin oleh Letjen Abdel Fattah Abdelrahman Burhan. Dewan mengatakan bahwa mereka perlu memegang kekuasaan demi memastikan ketertiban dan keamanan.

Tetapi tentara bukanlah kekuatan tunggal di Sudan. Ada organisasi paramiliter lain dan berbagai milisi Islam yang juga memegang kendali. Akhirnya rakyat seperti Sulaiman menjadi korban arogansi kekuasaan tersebut.

Berita Terbaru

Pemerintah Berikan Paket Stimulus Demi Jaga Daya Beli Masyarakat TerdampakPenyesuaian PPN 1%

Oleh : Rivka Mayangsari*) Perekonomian global dan domestik yang terus menghadapi ketidakpastian menuntut kebijakan yang cerdas dan tepat sasaran untuk menjaga daya...
- Advertisement -

Baca berita yang ini