Atalanta Sudah Aman di Empat Besar, Ngalah Lawan Milan?

Baca Juga

MATA INDONESIA, BERGAMOAtalanta sudah dipastikan finis di posisi empat besar Serie A. Apakah mereka akan mengalah lawan AC Milan di laga pamungkas?

Saat ini Atalanta ada di posisi dua mengemas 78 poin. Posisi tiga dan empat berturut-turut ditempati Milan dan Napoli. Sementara Juventus di peringkat lima dengan 75 poin.

Apa pun hasil pertandingan lawan Milan, Atalanta dipastikan takkan terdepak dari posisi empat besar yang artinya mereka akan tampil di Liga Champions musim depan.

Yang jadi pembeda hanya peringkat di klasemen saja. Andai kalah dari Milan, kemudian Napoli menang lawan Hellas Verona, maka Atalanta finis di peringkat empat.

Tapi, bagaimana jika Atalanta kalah dari Milan, Napoli menang, dan Juventus juga menang? Maka, poin Atalanta dan Juventus sama-sama 78. Memang benar, tapi tim besutan Gian Piero Gasperini tetap berhak finis di posisi empat karena unggul head-to-head dengan Juventus.

Meski demikian, Atalanta diyakini takkan mengalah lawan Milan di laga pamungkas. Pasalnya, mereka pasti ingin finis di posisi paling tinggi karena ada kaitannya dengan hadiah uang. Bagi mereka yang finis di posisi dua, hadian yang diterima mencapai 19,4 juta Euro (340,7 miliar Rupiah).

Jika finis di posisi ketiga, Luis Muriel dkk. mendapat hadiah sebesar 16,8 juta Euro. Sedangkan finis di posisi empat, La Dea hanya akan mendapatkan hadiah sebesar 14,2 juta Euro.

Dengan demikian, Juventus masih punya peluang lolos di posisi empat besar. Pasalnya, Atalanta pasti ingin menang lawan Milan. Jika itu terjadi, maka Rossoneri terdepak dari posisi empat besar dan posisinya digantikan tim besutan Andrea Pirlo.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini