Myanmar ‘Hujan Bom’, Tak Ada Korban Jiwa

Baca Juga

MATA INDONESIA, NAPYIDAW – Ribuan pengunjuk rasa di Myanmar kembali menggelar aksi menentang pemerintahan junta militer. Aksi demontrasi ini telah berlangsung selama tiga bulan setelah kudeta yang menghentikan reformasi demokrasi dan pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan kekacauan.

Gelombang unjuk rasa yang tidak dapat dihentikan oleh militer dengan penindasan yang mematikan, dikoordinasikan dengan komunitas ekspatriat di seluruh dunia untuk menandai apa yang oleh penyelenggara disebut sebagai revolusi global Myanmar musim semi.

“Guncang dunia dengan suara persatuan rakyat Myanmar,” kata penyelenggara dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters, Minggu, 2 Mei 2021.

Arus pengunjuk rasa terus datang silih berganti, beberapa aksi dipimpin oleh biksu Buddha, melewati beberapa kota besar dan kecil termasuk pusat komersial Yangon, kota kedua Mandalay, pusat kota Kale dan Dawei di selatan, media melaporkan.

Satu orang ditembak dan dibunuh di kota Hsipaw di Negara Bagian Shan, portal berita Shwe Phee Myay melaporkan. Sementara situs berita Irrawaddy memposting foto pria yang disebut-sebut sebagai petugas keamanan berpakaian preman membidik dengan senapan di Mandalay.

Sementara perang dengan pemberontak etnis minoritas di daerah perbatasan terpencil di utara dan timurtelah meningkat secara signifikan selama tiga bulan terakhir, membuat puluhan ribu warga sipil mengungsi, menurut perkiraan PBB.

Di beberapa tempat, warga sipil dengan senjata kasar telah bertempur dengan pasukan keamanan. Di daerah pusat fasilitas militer dan pemerintah mendapat serangan roket dan gelombang ledakan kecil yang tidak dapat dijelaskan.

Stasiun televisi pemerintah Myanmar pada Sabtu (1/5) malam waktu setempat, memberikan rincian setidaknya terjadi 11 ledakan dalam kurun waktu 36 jam. Sebagian besar ledakan terjadi di kota utama Yangon. Berdasarkan laporan, tidak ada korban jiwa dalam ledakan tersebut.

“Beberapa perusuh yang tidak menginginkan stabilitas negara telah melemparkan dan menanam bom buatan tangan di gedung-gedung pemerintah dan di jalan umum,” kata sang penyiar.

Media Khit Thit melaporkan ledakan di luar barak polisi di Yangon terjadi pada Minggu (2/5) pagi waktu setempat. Kendaraan dibakar, namun pihak media tidak memberikan informasi tentang korban.

Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan sedikitnya 759 pengunjuk rasa sejak kudeta dan menangkap ribuan orang lainnya.

Aksi protes dan kampanye pembangkangan sipil di Myanmar sukses melumpuhkan seluruh sendi, khususnya ekonomi dan meningkatkan prospek kelaparan bagi orang miskin.

Pekan lalu, Program Pembangunan PBB memberi peringatan bahwa dampak pandemi dan krisis politik dapat menyebabkan sebanyak 25 juta orang Myanmar jatuh ke dalam kemiskinan tahun 2022.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Pastikan Operasi Pengamanan Jelang Tahun Baru 2025 Berjalan Lancar

JAKARTA - Menjelang perayaan Tahun Baru 2025, pemerintah bersama aparat terkait telah mempersiapkan berbagai langkah untuk memastikan keamanan dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini