Awal Mula Hari Tuberkulosis Sedunia Terus Diperingati

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tahukah kamu bahwa 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Dunia atau World Tuberculosis Day? Tuberkulosis (TB) biasa disingkat sebagai TBC merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia dan Indonesia memasuki sebagai salah satu negara dengan pengidap TBC terbanyak di dunia.

Peringatan tahunan yang diadakan pada tanggal 24 Maret dimaksud untuk meningkatkan kesadaran global akan bahayanya tuberkulosis. Tanggal ini bertepatan dengan pengumuman yang dilakukan oleh dokter Jerman dan ahli bakteriologi, Robert Koch pada tahun 1882 tentang penemuan Mycobacterium tuberculosis, basil yang menyebabkan penyakit TBC ini.

Hari TB sedunia yang pertama diadakan pada tahun 1982. Pada tahun 1980-an, kejadian TB sedang meningkat di seluruh dunia. Peningkatan ini terjadi setelah hampir 20 tahun penyakit tersebut berada di titik terendah sepanjang masa di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Hal ini terjadi akibat dari peningkatan global dalam perjalanan dan migrasi serta penurunan terhadap resiko terpaparnya infeksi TB diantara badan kesehatan masyarakat saat itu.

WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) kemudian menetapkan Hari TB Sedunia. Peringatan tahunan ini berfungsi untuk menarik perhatian para peneliti, lembaga pendanaan, dan publik untuk perang global melawan TBC.

Hari TB Sedunia, awalnya disponsori oleh WHO dengan dukungan dari organisasi lain, seperti Persatuan Internasionla Melawan Tuberkulosis dan Penyakit Paru-Paru. Namun, upaya ini tidak mampu menghentikan penyebaran TB di wilayah berkembang di dunia.

Penyakit ini menjadi masalah yang sangat parah di wilayah-wilayah tersebut, terutama di Afrika, yang jumlah kasusnya meningkat setiap tahun sepanjang tahun 1990-an. Sebagai tanggapannya, WHO dan organisasi pendukungnya meningkatkan upaya mereka dan meminta badan nasional dan internasional lainnya untuk membantu meningkatkan kesadaran dan meningkatkan sumber daya keuangan yang ditujukan untuk menghentikan penyebaran TB.

Insiden global kasus baru penyakit ini stabil di awal tahun 2000-an. Namun, meskipun stabil, antara 1,5 hingga 2 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahun akibat TB selama periode ini.

Kemudian, kemunculan strain basil tuberkulosis yang resistan terhadap obat juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan peneliti dan lembaga kesehatan di semua negara yang terkena penyakit tersbut. Infeksi strain resisten memerlukan banyak obat dan bisa sangat mahal untuk sistem perawatan kesehatan yang kekurangan finansial.

Karena hal tersebut, Hari TB Sedunia terus menjadi sarana penting untuk menghubungkan peneliti dan organisasi pendanaan dengan petugas kesehatan dan masyarakat di negara yang membutuhkan. Setelahnya, Stop TB Partnership dibetuk pada akhir 1990-an (awalnya dikenal sebagai Stop TB Initiative) yang merupakan sponsor internasional utama Hari TB Sedunia.

Kemitraan organisasi sponsor tersebut terdiri dari jaringan badan dan organisasi kesehatan internasional dan nasional. Tujuan bersama kemitraan ini termasuk meningkatkan kesadaran global tentang tuberkulosis dan mendukung upaya yang bertujuan untuk mencegah dan mengembangkan pengobatan penyakit tersebut.

Kemudian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, juga memainkan peran pendukung yang penting. Dalam persiapan Hari TB Sedunia, organisasi tersebut bekerja untuk mengumpulkan bahan dan informasi yang dapat disebarluaskan kepada pers dan publik.

Lokakarya untuk media, pertemuan antara organisasi Internasional, dan pertemuan ilmuwan yang terlibat dalam penelitian tuberkulosis memungkinkan berbagi dan penyebaran informasi tentang masalah terkini yang terkait dengan penyakit tersebut. Upaya tersebut juga dilakukan untuk menyampaikan informasi tentang pengembangan perawatan dan alat baru untuk diagnosis kepada dokter dan fasilitas perawatan kesehatan di seluruh dunia.

Reporter : Anggita Ayu Pratiwi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini