MATA INDONESIA, JAKARTA – Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI berdiri sejak 5 Februari 1947. Pendiri dari HMI yakni Lafran Pane. Dapat dikatakan organisasi ini telah banyak melahirkan tokoh-tokoh penting di Tanah Air.
HMI ini telah berkembang pesat di Indonesia sebagai organisasi mahasiswa terbesar. Tujuan berdirinya HMI, yakni mengamalkan ajaran Islam.
Mempertahankan negara, terbinanya insan akademis, mencapai insan pengabdi, kualitas insan yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab.
Para alumni HMI dapat menjadi menteri atau tokoh penting di Tanah Air, sebab mereka mampu menjaga nilai-nilai dan misi yang diajarkan dalam organisasi tersebut.
Perlu diketahui, kiprah HMI di Indonesia tak perlu diragukan lagi. Sebab, kini banyak kader HMI yang telah mengisi pembangunan nasional di berbagai bidang.
Mengutip dari akun YouTube Golkar Indonesia, “bidang yang telah diisi oleh para alumni HMI yakni, politik, birokrasi, jurnalistik, intelektual, ilmuwan, usahawan serta profesi lainnya” ujar Airlangga Hartato, Ketua Umum Golkar.
Alumni-alumni HMI yang menjadi menteri atau tokoh nasional Indonesia dinilai sebagai orang yang profesional. Mengingat sejak menjadi bagian dari HMI, mereka ditempa dengan dinamika organisasi yang membuat kader-kader tersebut menjadi pribadi yang tahan banting.
Adapun jargon yang ditanamkan oleh Tan Malaka, kini menjadi konsumsi familiar di tengah-tengah kader HMI, yaitu “Terbentur, terbentur, terbentur, dan terbentuk”.
Pengkaderan dalam HMI tak sia-sia. Sebab, terbukti alumni HMI dapat memiliki kapasitas dan kualitas serta kemampuanuntuk diberi amanah dalam mengelola dan mengurusi Tanah Air.
Dari masa ke masa, alumni HMI selalu berkontribusi terhadap negara ini. Saat ini, alumni HMI menjadi patron dalam pembangunan nasional dengan masuknya beberapa alumni HMI sebagai menteri pada masa pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.
Keunggulan dari HMI adalah doktrin yang diberikan kepada setiap kader bahwa berjuang tak harus di tempat yang sama.
Artinya organisasi ini tak membatasi kebebasan setiap kader untuk memilih ormas yang diikuti. Selagi itu tak menyesatkan, boleh saja anggota HMI jika ingin masuk ke berbagai organisasi massa.
Azizah Putri Octavina, Mahasiswi Politeknik Jakarta