Pergeseran Target Pelaku Teror dari Simbol Barat hingga Kepolisian

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Peristiwa 9/11 bisa dikategorikan sebagai kejadian yang mengubah pandangan dunia terhadap terorisme. Momentum tersebut telah membentuk perspektif publik bahwa Islam adalah agama yang identik dengan terorisme.

Imbasnya terjadi setahun pasca serangan teror 9/11, terjadi pengeboman di Sari Club dan Paddy’s Café di Jalan Legian, Kuta, Bali pada tahun 2002. Aksi ini menyebabkan 202 korban tewas  yang terdiri dari 164 warga asing dari 24 negara dan 38 warga Indonesia.

Penindakan yang dilakukan terhadap pelaku teror ternyata justru membuat nama organisasi yang disebut sebagai dalang yaitu Jamaah Islamiyah (JI) semakin eksis. Ditambah lagi dengan keterkaitannya dengan Al-Qaeda membuat organisasi teroris tersebut semakin kuat untuk bergerak.

Jaringan Jamaah Islamiyah (JI) akhirnya melakukan hal yang sama dengan Al-Qaeda yaitu dengan menjadikan simbol barat sebagai target operasi teroris. Beberapa aksi pengeboman telah dilakukan JI meliputi di Kuta, Bali hingga Hotel JW Marriot, Jakarta.

Aksi terorisme di Indonesia akhirnya mendapatkan reaksi kontra-terorisme dari pemerintah Indonesia. Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror menjadi wujud perlawanan dari pemerintah. Bahkan tindakan tegas dari pemerintah untuk menghukum pelaku teror dari JI menyebabkan organisasi ini semakin melemah.

Hal ini ditandai dengan surutnya perlawanan Nurdin M. Top pada tahun 2010. Namun ternyata aksi teror belum usai karena telah terjadi pergeseran target menjadi kepada kepolisian. Terlihat dari insiden pengeboman di Kebumen dan Purworejo.

Hal ini diakui oleh pengamat intelijen dan terorisme, Stanislaus Riyanta yang menyatakan bahwa saat ini teroris lebih memilih untuk menyerang Polri.

“Arahnya sudah bergeser, lebih taktis menyerang Polri karena dianggap yang menjadi alat negara yang berhadapan langsung dengan kelompok terorisme,” kata Stanislaus saat berbincang dengan Mata Indonesia News, 28 Januari 2021.

Momentum pergeseran ini sekaligus menandakan pola gerakan teror dari organisasi mulai ditinggalkan dan beralih kepada terorisme individu atau dikenal dengan Lone Wolf Terrorism.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini