MATA INDONESIA, JAKARTA – Namanya cukup panjang. Charles-Louis de Secondat, Baron de la Brède et de Montesquieu. Orang mengenalnya dengan nama Montesquieu. Ia seorang filsuf, pemikir politik yang sangat berpengaruh selama Zaman Pencerahan.
Melalui pendidikan dan rekam jejak perjalanannya, Montesquieu menjadi pemikir politik yang tajam dan dihormati oleh rekan-rekan filsufnya, terutama setelah karya besarnya, The Spirit of Laws, yang memberikan pengaruh besar pada pemerintahan Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Montesquieu lahir di wilayah Bordeaux, Prancis, pada tanggal 18 Januari 1689, dari sebuah keluarga kaya. Ayahnya yang seorang prajurit memiliki garis keturunan bangsawan. Meskipun begitu, Montesquieu sempat diasuh oleh keluarga miskin selama masa kecilnya.
Ibunya meninggal ketika Montesquieu berusia 7 tahun, dan saat usianya menginjak 11 tahun, dia dikirim ke Oratorian Collège de Juilly, Paris untuk belajar sastra, sains, dan pelajaran lainnya dari pendidikan klasik. Montesquieu melanjutkan studinya dengan mengambil jurusan hukum di Universitas Bordeaux. Setelah lulus, dia mulai merintis karier di Paris.
Empat tahun setelah kelulusannya, Montesquieu mengalami serangkaian perubahan berturut-turut dalam hidupnya. Pada tahun 1713, Montesquieu kembali ke Bordeaux saat mengetahui ayahnya meninggal. Setahun kemudian, dia menjadi anggota dewan parlemen Bordeaux. Setahun berikutnya, dia menikah dengan Jeanne de Lartigue. Setahun selanjutnya, pamannya meninggal, mewariskan tanah dan gelar kepada Montesquieu sebagai Baron de La Brède et de Montesquieu.
Karena gelarnya itu, Montesquieu diangkat menjadi wakil presiden parlemen Bordeaux. Setelah posisinya terbilang aman secara sosial dan finansial, dia mengabdikan dirinya pada minatnya, termasuk mendalami hukum Romawi, sejarah, biologi, geografi, dan fisika.
Pada tahun 1721, Montesquieu menjadi terkenal setelah menerbitkan Persian Letters, sebuah satire politik yang menggigit tentang isu agama, monarki dan bangsawan Prancis berkedok surat dengan gaya novel.
Saat Montesquieu pindah ke Paris dan bepergian secara ekstensif, dia tetap aktif menerbitkan satirenya, beralih ke risalah politik seperti pertimbangan jatuhnya Roma.
Montesquieu menerbitkan karya besarnya, The Spirit of Laws, pada tahun 1748. Karyanya itu memiliki pengaruh yang sangat luas tentang bagaimana pemerintah harus bekerja dan memberikan gambaran baru mengenai sistem pemerintahan. Dia juga menetapkan gagasan pemisahan kekuasaan negara yang dikenal dengan Trias Politika, yakni eksekutif (pelaksana undang-undang), legislatif (pembuat undang-undang), dan yudikatif (pengawas pelaksanaan undang-undang).
The Spirit of Laws sempat dimasukkan oleh Gereja Katolik pada saat itu dalam daftar buku terlarang. Namun, karya tersebut telah memengaruhi Deklarasi Hak Asasi Manusia Prancis (Deklarasi des Droits de l’Homme et du Citoyen) dan Konstitusi AS. Montesquieu kemudian menerbitkan karya lanjutan A Defence of the Spirit of Laws (Défense de L’Esprit des Lois) pada tahun 1750.
Montesquieu menutup usia pada 10 Februari 1755 di Paris. Bersama istrinya, dia dianugerahi dua orang putri dan seorang putra. Semasa hidupnya, Montesquieu dikenal sebagai sosok yang ramah dan murah hati. Dia juga memiliki lingkaran pengagum yang luas, mulai dari filsuf Skotlandia David Hume hingga mantan Presiden AS James Madison.
Reporter: Safira Ginanisa