Tenang Gaes, Orang Ganteng Kayak Rakitic Aja Butuh 20-30 Kali Sebelum Tawaran Kencan Diterima

Baca Juga

MATA INDONESIA, SEVILLE – Pria-pria di luar sana tak perlu khawatir jika saat ini usaha mengajak jalan gadis yang ditaksir selalu ditolak. Pria ganteng seperti Ivan Rakitic saja butuh 20 hingga 30 kali sebelum ajakan kencan diterima gadis impiannya.

Rakitic, yang kini bermain untuk Sevilla, menceritakan perjuangannya mendapatkan Raquel Mauri, yang saat ini sudah menjadi istrinya. Pemain berusia 32 tahun mengatakan, perjuangannya cukup berat untuk mendapatkan hati Raquel.

Pertama kali Rakitic jatuh hati pada Raquel di 2011 setelah bergabung dengan Sevilla dan Schalke 04. Raquel bekerja sebagai barista di sebuah kedai kopi. Di sana-lah semua bermula.

Rakitic sering mengunjungi kedai kopi tempat Raquel bekerja hanya demi bisa melihat gadis pujaan hati. Tapi, Rakitic belum berani mengajak Raquel bicara karena keterbatasan bahasa. Saat itu Rakitic belum bisa bahasa Spanyol.

“Saya tak tahu bagaimana menejelaskannya. Terakdang, ketika Anda bertemu seseorang dan ada perasaan berbeda. Ketika saya bertemu dia, rasanya seperti ada bom meledak dalam diri saya,” kenang Rakitic, dikutip dari The Sun, Senin 4 Januari 2021.

“Minggu demi minggu berlalu, saya mulai belajar bahasa Spanyol dan jika saya kesulitan, saya akan menggunakan bahasa isyarat dengan tangan untuk menjelaskan apa yang ingin saya katakanya kepadanya,” katanya.

“Banyak sekali kopi yang saya minum dan rasanya konyol. Mungkin sekitar 20-30 kali saya mengajaknya jalan. Pada akhirnya gadis ini mau makan malam dengan saya. Kira-kira perjuangan mendapatkannya selama tujuh bulan,” tuturnya.

Rakitic dan Raquel kini sudah menjadi pasangan suami dan istri. Keduanya dianugerahi dua anak, Althea dan Adara.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini