Kisah Samuel Beckett Mencari Kebahagiaan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pernahkah kamu mendengar nama Samuel Beckett?

Samuel Beckett adalah seorang novelis, sutradara teater, penyair dan penerjemah sastra. Untuk karya-karyanya dikenal dan diakui beberapa negara, ia harus menunggu belasan tahun. Samuel Beckett pantas disebut sebagai salah satu sastrawan besar dunia karena kontribusinya yang fundamental dan orisinal. Di dalam karyanya ia menuliskan dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan Prancis.

Selama tahun 1930 hingga 1940, Samuel Beckett menulis novel dan cerita pendek pertamanya. Dia menulis trilogi novel pada tahun 1950-an serta drama terkenalnya yakni Waiting for Godot. Pada tahun 1969 ia dianugerahi penghargaan Nobel untuk Sastra.

Samuel memang layak dianggap sebagai tokoh besar yang ikut serta membidangi kelahiran dan membesarkan drama absurd.

Lahir di Dublin, Irlandia pada 13 April 1906, dari pasangan William Frank Backett seorang pengusaha yang makmur dan Maria Jones Roe seorang perawat. Beckett hanya memiliki satu saudara kandung yakni seorang laki-laki bernama Frank. Ia menempuh pendidikan di Earlsfort House School di Dublin. Saat usianya 14 tahun, ia bersekolah di Portora Royal School, sekolah yang sama dengan Oscar Wilde. Beckett menerima gelar Sarjana dari Trinity College pada tahun 1927. Keluarga Beckett sebenarnya harmonis. Ayahnya berbagi kecintaannya pada alam, memancing, dan golf dengan anak-anaknya. Kedua orang tua adalah Protestan yang ketat dan berbakti.

Seperti karya-karyanya, kehidupan Beckett cukup tragis. Meski dilahirkan dari keluarga mampu dan terpandang, ia justru merasa tidak bahagia. Ketidakbahagiaan itu dirasakan Beckett saat terjadi Pemberontakan Paskah pada tahun 1916 (awal perang saudara Irlandia untuk kemerdekaan dari kekuasaan Inggris). Ayah Beckett membawanya untuk melihat Dublin terbakar. Sementara itu, Perang Dunia I (1914–18) telah melibatkan pamannya, yang berperang dengan tentara Inggris. Hal ini mempengaruhi jiwa Beckett. Ia menulis essai tentang masa kecilnya sebagai yang bahagia, namun berbicara tentang “ketidakbahagiaan di sekitarku.”

Di sekolah Beckett belajar cepat. Ia mempelajari bahasa Prancis pada usia enam tahun. Dia menghadiri sekolah asrama Portora Royal di Enniskillen, County Fermanagh, Irlandia, dan jadi juara dalam bidang akademik dan tinju kelas berat. Dia juga menyumbangkan tulisan ke koran sekolah. Tulisan-tulisan awal dia adalah soal wanita pengemis, gelandangan, dan gelandangan. Sayangnya Beckett orangnya tertutup. Teman-teman sekolahnya  sering menyebut dia murung dan menarik diri.

Beckett pernah mengalami depresi berat yang membuatnya berbaring di tempat tidur hingga tengah hari. Saat dia depresi, Beckett pun menulis. Guru-guru sekolah Beckett pun kagum akan kemampuan menulisnya.

Pada 1923 ia memasuki Trinity College di Dublin untuk belajar khusus bahasa Prancis dan Italia. Catatan akademiknya sangat terkenal sehingga setelah menerima gelarnya pada tahun 1927, ia dianugerahi jabatan dua tahun sebagai dosen (asisten) dalam bahasa Inggris di cole Normale Suprieure di Paris, Prancis.

Di Prancis, Beckett segera bergabung dengan kelompok informal di sekitar penulis Irlandia. Salah satunya orang yang mempengaruhi dia adalah penulis novel Ulysses James Joyce (1882–1941).

Beckett kemudian pindah ke lingkaran sastra Prancis. Selama kunjungan pertamanya di Paris, ia memenangkan hadiah untuk puisi terbaik tentang masalah waktu. Whoroscope (1930) adalah karya pertamanya yang diterbitkan secara terpisah dan menandai awal minat seumur hidupnya dalam tema waktu.

Beckett kembali ke Dublin pada 1930 untuk mengajar bahasa Prancis di Trinity College. Selama tahun itu ia mendapatkan gelar Master of Arts. Setelah beberapa tahun berkeliaran di Eropa, Beckett  menulis cerita pendek dan puisi. Ia akhirnya menetap di Paris pada tahun 1937.

Pada 1937, ia menerbitkan esai kritis tentang Marcel Proust, berjudul “Proust.” Esai kritis ini dipuji banyak kalangan. Sayangnya kesehatan mental Beckett semakin memburuk.

Novel pertama Beckett, Murphy (1938), adalah kisah dengan tema filosofis. Novel ini dipuji kritisi sastra di Prancis karena menceritakan sosok Murphy yang mencari kebenaran dalam dunia batinya. Di novel ini Beckett merefleksikan hubungan antara pikiran dan tubuh, diri dan dunia luar, dan makna kebebasan dan cinta.

Selama Perang Dunia II (1939-1945; perang di mana Perancis, Inggris, Uni Soviet, dan Amerika Serikat berperang melawan dan mengalahkan kekuatan gabungan Jerman, Italia, dan Jepang) Beckett bertugas dalam gerakan Perlawanan Prancis. Ia bekerja di organisasi rahasia Yahudi dan non-Yahudi yang bekerja melawan Nazi Jerman. Meski tidak aktif, nama Beckett pun semakin dikenal sebagai tokoh yang melawan Nazi Jerman.

Setelah Perang Dunia II, sekitar tahun 1953 ia menulis novel lain, Watt. Seperti masing-masing novelnya, novel ini membawa pencarian Beckett untuk semakin mengali kehidupan dengan pendekatan filsafat.

Beckett semakin produktif. Pada 1957, karya-karya Beckett diterbitkan dalam bahasa Prancis. Nama Beckett pun makin dikenal setelah karya-karya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Salah satunya adalah trilogi novel Molloy (1951), Malone Dies (1951), dan The Unnamable (1953), Ketiga novel ini  membahas tentang kematian; Beckett menjadikan kehidupan sebagai sumber kengerian. Bagi dia, semua tokoh di novelnya mewakili pemisahan dari realitas diri mereka yang berkelanjutan. Novel lain, How It Is, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Prancis pada tahun 1961.  Novel ini juga mendapat sambutan dari pemujanya. Novel Prancis terakhirnya yang diterbitkannya adalah Mercier dan Camier.

Tak hanya menulis novel, Beckett pun berhasil bereksperimen dengan media lain: drama radio, film, pantomim, dan drama televisi.

Beckett pun sukses dan populer tidak hanya di Prancis tapi di seluruh dunia. Novel dan karya dramanya banyak diadaptasi dan dipentaskan. Undangan demi undangan datang untuk menghadiri gladi bersih dan beberapa pertunjukan. Beckett pun beberapa kali menjadi sutradara teater.

Pada tahun 1961, ia diam-diam menikahi seorang akuntan keuangan Suzanne yang kemudian mengurus urusan bisnisnya.

Produktivitas Beckett pun meningkat. BBC menawarkan ia untuk menulis di radio dan sejumlah film hingga tahun 1970-an. Bersama istrinya, ia hidup tenang di sebuah rumah kecil di pinggiran kota Paris. Ia menyepi dan menghindari publisitas dari pers maupun penggemarnya.

Tahun 1988, kondisi kesehatan Beckett pun memburuk. Istrinya kemudian memidahkan Beckett ke Panti Jompo. Ia tinggal pada sebuah ruangan kecil di panti jompo. Ia masih menerima tamu dan menulis.

Setahun kemudian, istrinya, Suzanne meninggal dan dimakamkan di Cimetière du Montparnasse Paris. Kondisi Beckett pun makin memburuk.

Beckett meninggal pada 22 Desember 1989, di rumah sakit karena masalah pernafasan. Kematian Beckett menandai akhir dari kesusastraan modernis, karena ia sering dianggap sebagai modernis besar terakhir dalam bahasa Inggris.

Reporter: Azizah Putri Octavina

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stabilitas Nasional Pasca Pilkada Merupakan Tanggung Jawab Bersama

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 yang baru saja berlangsung di berbagai wilayah di Indonesia, telah menunjukkan kemajuan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini