Mengenal Stadion Inter Milan Giuseppe Meazza

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebuah klub sepak bola pasti memiliki sebuah stadion kebanggaannya, apalagi klub sebesar Inter Milan. Stadion menjadi rumah bagi para pemain maupun pelatih sepak bola.

Inter Milan memiliki stadion yang dikenal dengan nama San Siro ataupun Stadion Giuseppe Meazza yang berada di kota Milan, Italia. Stadion ini menjadi rumah bagi dua tim di Liga Italia yaitu AC Milan dan Internazionale dengan kapasitas 80.018 penonton.

Pada awalnya, Stadion ini adalah Stadion AC Milan, dan pada tahun 1935 AC Milan mengalami kebangkrutan dan harus menjual stadion tersebut kepada pemerintah kota Milan. Kemudian pada tahun 1947 Inter Milan menyewa stadion ini dari pemerintah kota Milan. sejak saat itu stadion ini digunakan juga sebagai kandang Inter Milan dan AC Milan. Sebelumnya, Inter Milan selalu menggunakan Stadion Arena.

Stadion San Siro dibangun oleh Piero Pirelli, presiden AC Milan saat itu, pada 1 Agustus 1925 dan selesai pada 15 September 1926 dengan nama Nuovo stadio Calcistico San Siro. Pembangunan tersebut menghabiskan dana sekitar 5 juta Lira. Stadion ini dibuka secara resmi pada 19 September 1926 dengan pertandingan derby antara AC Milan melawan Inter Milan, yang dimenangkan oleh Inter Milan.

Nama Giuseppe Meazza dipilih oleh Inter Milan sebagai nama Stadion pada 3 Maret 1980 untuk menghormati pemain sepak bola legendaris yang membawa Italia menjuarai Piala Dunia 1934 dan 1938, sekaligus mantan pemain Inter dan Milan.

Tetapi FIFA dan UEFA lebih mengakui San Siro sebagai nama stadion ini karena lebih dahulu terdaftar sebagai Stadion San Siro, dan suporter AC Milan lebih suka menggunakan nama San Siro, karena Giuseppe Meazza lebih identik sebagai pemain ataupun ikon Inter Milan.

Pada tahun 1987, dalam persiapan untuk Piala Dunia, pemerintah Italia memberikan dewan kota Milan 30 juta Dolar AS untuk merenovasi stadion tersebut, tetapi biayanya membengkak dua kali lipat. Pada tahun 1990, stadion ini menjadi tempat pertandingan pembukaaan Piala Dunia 1990 yang mementaskan laga Kamerun melawan Argentina.

Reporter : Muhammad Hidayat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini