Pakar Etika Komunikasi: Ceramah HRS Sarat Provokasi dan Kebencian Ancam Persatuan Bangsa

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA –  Ceramah Habib Rizieq Shihab (HRS) yang beredar dalam bentuk video sarat dengan provokasi dan kebencian. Akan mengancam persatuan bangsa Indonesia jika dibiarkan.

Sebagai informasi, dalam ceramahnya, Rizieq mengucapkan “Jangan salahkan umat Islam kalau besok ada penggal kepala”. Pernyataan Habib Rizieq itu dilontarkan kemarin saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang disiarkan oleh Front TV.

Hal tersebut pun ditanggapi oleh Pengamat Etika Komunikasi dari Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Jakarta Dr. Don Bosco Doho, S.Phil, MM.CET. Ia mengatakan bahwa ceramah agama yang dilakukan oleh Rizieq Shihab dari sisi kepatutan sangat jauh dari peranan ideal dan tutur kata seorang tokoh agama.

“Sejatinya, kata-kata himbauan yang keluar dari mulut para tokoh agama adalah untuk membantu pemerintah guna mengarahkan bagaimana seharusnya umat bertindak dan berperilaku,” ujarnya kepada Mata Indonesia News, Rabu 18 November 2020.

Menurut Don Bosco, tokoh agama seperti Rizieq seharusnya memiliki pemahaman keilmuan agama yang lebih dibandingan masyarakat umum di sekitarnya. Selain itu, ia juga merupakan figur kharismatik yang membuat umat patuh dan taat terhadap dakwah atau nilai-ajaran yang disampaikan.

Maka dalam situasi krisis saat ini, peranan Rizieq sebagai tokoh agama sebaiknya lebih kepada mengarahkan, mengajarkan, menghibur dan memberikan kekuatan bagi yang lemah. Bukan malah membuat ceramah yang penuh dengan kebencian dan sifatnya menghasut.

Ia juga memberikan klasifikasi peran dari seorang tokoh agama yakni sebagai peredam kekalutan umat (motivator), corong informasi pandemi (komunikator), dan figur tauladan (idol).

“Ketiga peran ini merupakan satu kesatuan, ketika salah satu peran berdiri sendiri akan berdampak pada efektifitas peran tokoh agama di masyarakat,” katanya.

Secara psikologis, ucapan seorang tokoh agama dapat mempengaruhi sikap dan perilaku para pengikutnya. Tidak ada agama di dunia ini yang mengajarkan kebencian, menyebarkan fitnah serta menyebarkan benih-benih kebencian antar umat di dalam agama tertentu dengan umat dari agama lain.

Don Bosco pun menekankan bahwa tokoh agama idealnya layak diposisikan sebagai penjaga moral, tonggak revolusi akhlak karena mereka memiliki keutamaan moral yaitu kebijaksanaan (prudence), keadilan (justice), keberanian (fortitude) dan pengendalian diri (temperance).

“Jika seorang tokoh agama (seperti Rizieq) gagal menjaga cardinal virtue di atas, maka dia tidak layak menjadi suri tauladan di mata umatnya,” ujarnya.

Don Bosco pun menganjurkan agar negara perlu bertindak tegas saat terindikasi ada ujaran kebencian, pemicu perpecahan dan tindakan melanggar etika atau moral dan hukum.

“Negara tidak boleh kalah dan permisif kepada tokoh bersangkutan, siapapun dia. Negara harus tampil menjamin keamanan dan kenyamanan masyarakat sebagai warga negara dan pemeluk agama dan kepercayaan yang diakui negara,” katanya.

1 KOMENTAR

  1. Istimewa…ulasannya pak Don Bosco. Sebagai Tokoh apalg seorg Tokoh agama sejatinya lbh kpd pesan2 moral yg menuntun, mendidik, serta berdiri membangun keimanan umat. dan ketika keluar/ melenceng dari itu patut dipertanyakan keTokohannya, integritas dan moralitas perlu dipertanyakan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini