Hardiknas, Ini Pesan Mendikbud untuk Para Penggiat Pendidikan

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA-Bekerja lebih keras lagi meningkatkan sumber daya manusia (SDM), pesan itu disampaikan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy saat melakukan upacara memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada Kamis, 2 Mei 2019.

“Kaitannya SDM maka Kemendikbud di sektor terdepan, khususnya di sektor pendidikan, tidak ada pilihan lain kita terus kerja keras, untuk pemerintahan selanjutnya, sehingga apa yang dicita-citakan untuk Indonesia besar dan maju bisa terwujud,” katanya.

Hal ini, kata dia sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang akan fokus meningkatkan sektor sumber daya manusia setelah semuanya pembangunan infrastruktur dilakukan.  

“Saya ingin ucapkan terima kasih pada semuanya, khususnya seluruh karyawan pimpinan jajaran Kemendikbud atas kerja sama selama ini, Alhamdulilah berkat kerja kita dunia pendidikan Insyaallah capaiannya memuaskan pada 2019 ini,” katanya.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional, peserta upacara mengenakan baju tradisional dari 34 Provinsi. Selain itu, para aparatur sipil negara (ASN) turut memasuki halaman upacara dengan melakukan tarian adat dan mengenakan pakaian adat dari Jawa, Nusa Tenggara Barat, DIY Yogyakarta, Aceh, Betawi, Sumatera, dan provinsi lainnya.

Kemudian prosesi upacara diisi dengan penganugerahan Satya Lencana Karya Satya kepada pegawai Kemendikbud yang berprestasi dan berdedikasi.

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini