Streaming Langganan, Gaya Hidup Baru Saat Pandemi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sudah enam bulan sejak Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, terjadi perubahan gaya hidup di masyarakat. Dipaksa berdiam di dalam rumah, membuat kegiatan menonton menjadi pilihan utama untuk menghabiskan waktu

Survei McKinsey & Company pada akhir Juli lalu menyebut sebanyak 90 persen responden merogoh kocek lebih banyak untuk hiburan dalam rumah selama pandemi. Hal ini mengakibatkan perilaku mengurangi pengeluaran hiburan luar rumah. Layanan streaming video berlangganan (video-on-demand/VoD) menjadi salah satu pilihan hiburan yang bisa dilakukan di dalam rumah.

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Nasional Umar Fauzi Bahanan menilai tren menonton streaming sejak enam bulan terakhir ini meningkat hingga 5 kali lipat. ”Karena di rumah, orang terpaksa mengisi waktu dengan menonton film,” ujarnya kepada Mata Indonesia.

Sri Wulandari (29), warga Bintaro Jakarta Selatan adalah salah satu orang yang memilih layanan VoD saat dirinya dipaksa perusahaanya untuk bekerja di rumah. ”Mulai berlangganan sejak awal Mei 2020, setelah sebulan lebih berdiam di rumah. Awalnya karena bosan melihat tayangan TV Kabel dan YouTube. Akhirnya saya mencoba langganan Netflix, ternyata ketagihan,” ujarnya kepada Mata Indonesia.

Netflix memang menjadi juara penyedia layanan streaming langganan. Perusahaan asal Amerika Serikat ini menjadi aplikasi yang mendominasi 61 dari 66 negara pengguna aktif layanan streaming. Selain Netflix, Prime Video adalah aplikasi streaming yang banyak digunakan di Jerman, Austria dan India. BluTv banyak digunakan di Turki. Dan Cina memiliki iQiyi yang mempunyai langganan nyaris mencapai 30 juta pelanggan.

Sri Wulandari mengaku ia mengeluarkan dana hingga Rp 200 ribu rupiah untuk berlangganan dua aplikasi streaming ini. ”Saya gunakan bersama keluarga, adik dan kakak juga bisa mengakses kedua aplikasi ini,” ujarnya.

Tak hanya aplikasi, Sri mengaku pengeluaran ia untuk hiburan di rumah ini lumayan besar. ”Saya tak mau speed internet kecil karena dipakai untuk menonton. Makanya saya berlangganan paket internet dengan kapasitas 100 mpbs. Sebulan pengeluarannya bisa mencapai Rp 450 ribu,” katanya.

Sri mengaku menonton film seri dari AS dan Eropa serta film anime (animasi Jepang). Dalam sehari, ia rata-rata menghabiskan waktu tiga-empat jam untuk menonton film melalui platform streaming.

Layanan platform streaming saat ini memang mengalahkan tayangan televisi. laporan Nielsen Total Audience Report tahun 2019 menunjukkan rendahnya durasi menonton televisi kelompok usia 18-34 tahun dibanding kelompok usia lainnya yang lebih tua.

Durasi menonton TV usia 18-34 tahun secara rata-rata hanya 1 jam 54 menit per hari. Nielsen juga melansir untuk usia 35-49 tahun mempunyai durasi lebih lama, 3 jam 43 menit. Kemudian usia 50-64 tahun 5 jam 50 menit dan usia di atas 64 tahun 7 jam 15 menit.

Layanan VoD menjadi salah satu bisnis digital yang mengalami pertumbuhan pesat. Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2019, nilai ekonomi layanan berlangganan video dan musik di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan 600 persen dari 100 juta dolar AS pada 2016 menjadi 600 juta dolar AS pada 2019.

Di Indonesia, selain Netflix, beberapa operator ikut meramaikan pasar VoD. Salah satu yang terbaru adalah hadirnya Disney+ Hotstar. Sebelumnya Viu, HBO Go, vidio, dan iFlix sempat meramaikan pasar VoD.

Reporter: Eka Budiarti 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini