Setiap Hari Menonton Pertunjukan Musik, Tari Hingga Teater di Belanda

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Harry Roesli memang seorang seniman yang “fluktuatif”, dalam arti tidak memiliki pakem tertentu terhadap penuangan ide-ide dalam karya-karyanya.

Harry Roesli lahir dari keluarga bukan sembarangan. Ayahnya, Roeshan Roesli, adalah Mayor Jenderal Purnawirawan TNI. Kakeknya, Marah Roesli adalah seorang sastrawan yang menulis karya Siti Noerbaja.

Saat berkunjung ke kediaman Harry Rusli, Minews.id bertemu dengan sang istri Kania Perdani Handiman. Dirinya banyak bercerita mengenai sang musisi nyentrik asal Bandung ini, salah satunya saat dirinya hijrah dan menempuh Pendidikan belajar musik ke Rotterdam Belanda.

Kania bercerita, awalnya sang suami Harry Roesli tak disetujui untuk menjadi seorang musisi oleh kedua orang tuanya, namun akhirnya keluarganya mengizinkan dengan catatan harus punya ijazah pendidikan.

“Kakaknya berperan disana dan meyakinkan bahwa passion dari Harry adalah bermusik,” cerita Kania.

Setelah dapat restu, dirinya cabut dari Fakultas Teknik Mesin ITB saat itu jurusannya mesin penerbangan. Menariknya, kata Kania masuknya ke ITB pun bukan kemauannya, karena pada saat itu, dirinya memilih ITB karena menghindari paksaan dari orang tuanya menjadi seorang dokter.

Kembali ke cerita Rotterdam, dirinya tahun 1978, mendapat beasiswa ke Den Haag, Belanda untuk menjalani studi musik di Rotterdam Conservatorium. Sebuah bukti nyata untuk orang tuanya bahwa ia benar-benar serius mendalami seni musik.

Di Belanda dirinya, banyak belajar tentang musik, terbukanya wawasan mengenai musik. “Ternyata banyak tentang musik yang tidak diketahui, dan dipelajari disana,” kata Kania.

Selama di negeri kincir angin itu, Harry juga aktif bermain piamo di restoran-restoran Indonesia dan main band dengan anak-anak keturunan Ambon di sana. Selain kepada menyalurkan talenta musiknya sekaligus kepada mencukupi kepentingan sehari-harinya yang tidak mencukupi dari beasiswa.

“Setiap hari waktu di Belanda, kita selalu menonton berbagai macam kesenian, mulai dari tari, teather, musik dan itu setiap hari,” kenang Kania.

Menurutnya ketika disana tidak diam, semua kesenian dilahap dan dipelajari dari mulai yang tradisional hingga modern. Sehingga dirinya menyimpulkan bahwa, sang suami Harry Roesli merupakan satu-satunya musisi yang musiknya kemana-mana, tidak fokus ke satu genre saja.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini