Heboh Predator ‘Fetish Kain Jarik’, Curhatan Korban Viral di Twitter

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Jagat media sosial dihebohkan dengan pengakuan seorang netizen yang menjadi korban pelecehan seksual predator ‘Fetish Kain Jarik’. Pengakuan tersebut diungkapkan oleh akun Twitter @m_*****s.

Sebagai informasi, fetish adalah kondisi dimana seseorang melakukan hal tertentu untuk memenuhi hasrat dan nafsu seksualnya. Dalam hal ini, korban yang diketahui seorang laki-laki diminta sang predator membungkus dirinya dengan kain jarik sebagai objek pemuas hasrat seksual.

Dalam utasannya yang dibagikan Rabu 29 Juli 2020, korban mengungkapkan dirinya baru mengenal pelaku fetish kain jarik bernama Gilang itu melalui media sosial kemudian bertukar nomor telepon. Pelaku mengaku sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya angkatan 2015.

Untuk melaksanakan aksinya, pelaku meminta korban untuk membantunya dalam riset akademik. “Dia bilang sedang ngadain riset tentang bungkus-membungkus. Waktu gue tanya maksudnya apa pasti dialihkan,” kata akun itu seperti dikutip Minews.id, Kamis 30 Juli 2020.

Gilang meminta korban untuk membungkus dirinya dengan kain jarik hingga menutupi seluruh tubuhnya. Pelaku berdalih kondisi terbungkus tersebut akan nampak sifat asli seseorang.

“Terus dia jelasin juga alasannya dia bikin riset gituan buat apa. Katane dia lg bikin tulisan gitu. Nah dia bungkus2 gw gitu biar gw tertekan trus ngeluarin emosi2 kaya nangis, cemas, gugup gitu2.,” jelasmua.

BACA JUGA: Viral! Wanita Ini Temukan Ibunya yang Meninggal 4 Tahun Lalu Terlihat Sehat di Google Maps

Awalnya, si pemilik akun menolak melakukannya. Namun, Gilang terus memohon kepadanya hingga akhirnya ia tak tega dan menuruti kemauan Gilang. “Ampe dia mohon2 gini lah, terus karena gw kasian yaa dia bilang juga karena udah semester 10. Trus katane tenggat waktunya udah mepet. Ampe bilang mau memohon gitu di kaki gw wkkwwk. Ya udah gw mau bantuin dia.”

Si pemilik akun itu akhirnya meminta bantuan temannya untuk melakukan aksi bungkus-membungkus. Ia dibungkus selama 3 jam lamanya. Selama proses membungkus, Gilang meminta difoto dan dibuatkan video.

“Waktu dibungkus ditengah-tengah sempat gue mau berhenti. Temen gue ditelpon terus disambungin ke gue intinya dia ngeyakinin gitu lah,” ungkapnya.

Setelah pemilik akun dibungkus, Gilang meminta teman yang diajak korban yang dibungkus itu ikut dibungkus juga. Setelah menyanggupi, rupanya temannya itu menyerah karena mengalami sesak napas.

BACA JUGA: Viral! Detik-detik Wanita Diserang Anjing dari Dalam Rumah yang Pagarnya Tak Tertutup

Namun Gilang terus memaksa hingga mengancam akan bunuh diri, penyakitnya kambuh hingga ancaman lainnya yang membuat korban mulai kesal. Gilang terus memohon hingga menangis melalui sambungan telepon.

Cuitan soal predator ‘Fetish Kain Jarik’.

Si pemilik akun baru menyadari menjadi korban pelecehan seksual saat diberitahu oleh temannya. Ia langsung mengirimkan sebuah link berita tentang fetish kain jarik, sejak saat itu Gilang tak lagi membalas pesan-pesannya.

“Jujur gue nggak rela banget sebagai manusia harga diri gue diinjak-injak, diremehkan sedangkan dia enak-enak saja nggak dapat balasan dari apa yang dilakukannya,” tuturnya.

Pengakuan korban fetish kain jarik itu mendadak viral di media sosial. Kolom komentar dibanjiri oleh pengakuan warganet lainnya yang juga menjadi korban.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini