MATA INDONESIA, JAKARTA – Puasa menjadi aktivitas wajib yang harus dilakukan oleh umat islam di dunia. Puasa sendiri dilakukan dari terbit matahari sampai terbenamnya matahari dengan tidak mengonsumsi makanan ataupun minuman dan aktivitas-aktivitas lain yang membuat puasa tidak sah.
Namun, untuk waktunya memang pelaksanaannya berbeda di seluruh dunia karena waktu yang berbeda. Hal itu dikarenakan orbit matahari di belahan bumi yang tidak sama.
Informasi yang dilansir dari Mental Floss, hal itu juga berlaku di wilayah lingkaran Artik/Artika yang merupakan wilayah di sekitar belahan bumi bagian kutub utara.
Wilayah seperti Scandinavia, Kanada, Rusia dan Alaska harus berpuasa lebih lama karena bulan Ramadan jatuh di musim panas.
Sekadar informasi, untuk wilayah-wilayah tersebut pada musim panas, matahari akan muncul lebih lama yang akan membuat siang lebih panjang.
Sedangkan untuk musim dingin, membuat matahari akan muncul lebih sedikit dan waktu malam lebih panjang. Bahkan di kedua musim tersebut matahari bisa tidak terbit dan tidak terbenam dalam beberapa pekan.
Karena fenomena tersebut, di beberapa negara memberikan pilihan untuk umat muslim bisa berpuasa. Salah satunya adalah Norwegia bagian Utara, Pusat Islam di sana memberikan cara berpuasa dengan mengikuti jadwal ibadah di Makkah apa bila puasa memiliki waktu dengan durasi lebih dari 20 jam.
Hal yang sama dilakukan oleh Pusat Islam di Amerika untuk umat muslim yang tinggal di Alaska. Karena di Alaska sendiri, matahari tidak dapat dibedakan antara terbit dan terbenamnya.
Dewan Ulama Senior yang berada di Arab Saudi mengatakan untuk umat muslim yang berada di negara yang memiliki waktu siang lebih banyak di banding negara lainnya, mereka dapat mengikuti cara berpuasa dari negara terdekatnya.
Hal itu juga tidak hanya berlaku untuk umat Muslim yang berada di belahan bumi saja. Ada pun, pada tahun 2007 seorang astronaut asal Malaysia yang bernama Sheikh Muszaphar Shukor yang menjalankan ibadah puasa di luar angkasa.
Dalam buku panduan yang berjudul “Guidelines for Performing Islamic Rites at the International Space Station” tersebut, Shukor diberi pilihan untuk menunda puasa sampai kembali ke Bumi atau mengikuti waktu matahari terbit dan terbenam yang sama di Baikonur, Kazakhstan, tempat Shukor diluncurkan ke angkasa luar.