MATA INDONESIA, JAKARTA – Deputi Bidang Proteksi Infrastruktur Informasi Kritikal Nasional, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Agung Nugraha mengatakan bahwa perencanaan aksi terorisme memang dilakukan secara luring, namun dalam eksekusinya secara daring.”Ini yang harus diwaspadai,” ujarnya kepada Mata Indonesia News.
Serangan siber pada lapisan sosial lebih banyak menggunakan platform media sosial. Meski beberapa pelaku teror belum terlalu mahir melakukan serangan siber namun mereka cukup aktif menebar propaganda, radikalisme, merekrut anggota bankan menggalang dana.
Gangguan dari pelaku teror pada lapisan sosial sangat mengkhawatirkan karena bisa menimbulkan ketakutan terlebih bila ada informasi atau konten yang sifatnya untuk meneror publik seperti misalnya pembunuhan yang disebarluaskan melalui Youtube atau sebagainya.
Selain serangan pada lapisan sosial, pelaku teror juga melancarkan aksinya pada lapisan logic. Tujuannya langsung kepada pengguna gawai yaitu bisa menyasar lewat celah keamanan aplikasi yang didownload oleh user.
Maka, penguatan aspek regulasi terkait keamanan siber harus menjadi prioritas di era digital seperti saat ini. Koordinasi antara BSSN dan BNPT harus ditingkatkan untuk mencegah semakin luasnya pergerakan teroris di ruang siber.
Selain itu kerja sama pertukaran informasi intelijen sangat penting untuk memitigasi serangan siber. Maka diperlukan hubungan baik dengan negara lain untuk melakukan konsolidasi di level internasional.
Masyarakat juga punya peran penting untuk mencegah serangan teroris di ruang siber, yaitu dengan tidak mudah menyebarluaskan konten kekejaman para pelaku teror di media sosial agar tidak semakin menimbulkan ketakutan.