Waspada, Teroris Menerapkan ‘Wajah Ganda’

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Kelompok teroris identik dengan fenomena ‘wajah ganda’ yakni menggunakan cara-cara yang legal namun di balik itu ada kepentingan untuk melebarkan pengaruhnya secara clandestine (rahasia). Seperti misalnya pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) tahun 2008-2019 Para Wijayanto yang memiliki sejumlah bisnis untuk membiayai kegiatan teroris.

Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta menilai bahwa cara ini merupakan adaptasi agar mereka bisa bertahan dan tetap eksis. Selain itu cara ini dinilai cukup praktis dilakukan oleh para teroris.

“Bentuk adaptasi supaya tetap eksis dilakukan dengan berbagai cara, jika sekarang salah satu kegiatannya mereka seperti penggalangan dana dan bisnis dilakukan dengah cara terbuka itu karena pilihan paling praktis bagi mereka,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Jumat 12 Maret 2021.

Stanislaus juga menilai bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan cenderung legal atau tidak melanggar hukum. Namun di balik hal itu, ada misi terselubung yang ingin dicapai yaitu berhubungan dengan aksi terorisme.

Maka upaya pelebaran sayap atau pengaruhnya tetap dilakukan yaitu penggalangan dana dan doktrinasi. Namun pelaksanaannya secara tersembunyi.

“Karena untuk kegiatan itu bukan pelanggaran hukum, tetapi kegiatan mereka seperti penggalangan dan doktrinasi tetap mereka lakukan lebih hati-hati tidak terbuka,” kata Stanislaus.

Fenomena wajah ganda ini terlihat pada sosok teroris dari pimpinan Jamaah Islamiyah Para Wijayanto. Ia memiliki perkebunan sawit di Sumatera dan Kalimantan yang didiuga dimanfaatkan untuk membiayai aksi teror.

Bahkan berkat usahanya ini, Para bisa memberangkatkan orang rekrutannya ke Suriah untuk mengikuti pelatihan militer.

Namun pergerakan Para Wijayanto terhenti saat dibekuk pada 28 Juni 2019. Saat itu polisi juga meringkus istrinya yakni Masitha Yasmin dan tangan kanannya Bambang Suyoso.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini