MATA INDONESIA, JAKARTA – Ahli Epidemiologi dari Universitas Hasanuddin, Ridwan Amiruddin mengatakan, Indonesia belum sepenuhnya aman dari Covid-19. Salah satu indikatornya adalah mobilitas warga mulai kembali meningkat, terlebih sebentar lagi akan memasuki hari libur Natal dan Tahun Baru.
Sejumlah kasus Covid-19 di Indonesia kini mulai berkurang. Namun, ancaman pandemi Covid-19 gelombang ketiga bisa terjadi, lantaran beberapa negara saat ini mulai menghadapi gelombang ketiga yang ditandai munculnya varian virus baru.
Saat ini angka positivity rate Indonesia memang jauh di bawah standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 persen. Namun, angka itu bisa saja naik apabila masyarakat abai terhadap protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas).
“Meskipun sekarang ini kasusnya sudah melandai, tetapi aktivitas sosial itu mesti tetap kita waspada. Karena tidak menutup kemungkinan misalnya adanya ledakan-ledakan karena akumulasi dari liburan panjang Natal dan tahun baru, ditambah ada pemicu dari pembukaan sekolah,” katanya, Jumat 1 Oktober 2021.
Prediksi akan adanya gelombang ketiga juga didasari pada masih rendahnya testing dan tracing di Indonesia. Ia mengatakan, upaya pemerintah mengadakan PPKM sangat efektif untuk mengendalikan penularan Covid-19. Namun, juga perlu diperkuat dengan upaya 3T (tracing, testing, treatment).
Menurut dia, pemerintah saat ini baru mampu melakukan penelusuran kontak erat pasien positif Covid-19 pada rasio 1 berbanding 10. Padahal, standar WHO dalam pelaksanaan tracing adalah 1 banding 30.
“Yang perlu dikhawatirkan adalah bagaimana OTG ini tidak menular atau tidak menularkan. Jadi aktivitas sosial apa saja yang penting tidak ada OTG terkonfirmasi yang menjadi sumber penularan,” ujarnya.