MATA INDONESIA, JAKARTA – Meski kepolisian sudah menangkap Taufik Bulaga, seorang tokoh penting dari Jamaah Islamiyah (JI) pada 10 Desember 2020. Namun pergerakan JI untuk menyebarkan ideologi radikal harus tetap diwaspadai.
Berdasarkan temuan kepolisian bahwa terdapat beberapa pondok pesantren yang terafiliasi dengan kelompok teroris Jamaah Islamiyah. Pemetaan ini dilakukan saat Polri mendapati sejumlah lokasi yang dijadikan tempat latihan anggota JI.
Pengamat Terorisme dari Insititute for Security and Strategis Studies (ISESS), Khairul Fahmi menilai bahwa hal ini bukan suatu hal yang mengejutkan karena memang puluhan teroris muda sudah dilatih bertahun-tahun dan akhirnya dikirim ke Suriah.
“Bagi saya informasi ini tidak mengejutkan sama sekali. Dalam banyak kesempatan saya sering menegaskan bahwa kita memang masih hidup berdampingan dengan ancaman teror dan aktivitas jaringan teror,” kata Khairul.
Maka upaya untuk mencegah pergerakan teroris terus dilakukan untuk mencegah lahirnya bibit-bibit radikalisme. Meski tidak mudah namun sel-sel teroris harus dibasmi hingga ke akar-akarnya.
Tidak hanya fokus kepada permasalahan pemahaman yang salah namun perhatian juga patut difokuskan pada faktor lainnya. Ketidakadilan, diskriminasi dalam ekonomi, hukum, pendidikan dan politik turut memicu lahirnya bibit-bibit baru radikalisme.
Upaya ekstra harus dilakukan salah satunya dengan mewujudkan sinergitas antara pemangku kebijakan seperti BNPT dan Polri terutama dalam mengawasi proses perekrutan di pondok-pondok pesantren.