MATA INDONESIA, JAKARTA-Warga Jetis, Motorejo, Tempel, Sleman, DIY dihebohkan dengan keberadaan pohon menangis. Pohon berjenis Weru dengan diameter sekitar 20 centimeter mengeluarkan air seperti menangis. Peristiwa itu langsung ramai diperbincangkan oleh publik.
Karena ramai, kini tiap malam warga ramai berdatangan ke lokasi pohon setinggi 8 meter yang terletak di selatan kampung tersebut. Alhasil, pohon ini menjelma menjadi objek wisata dadakan bagi orang-orang yang penasaran melihatnya.
Joko Daryanto alias Jliteng (40) salah seorang warga Jetis mengatakan, awalnya dia hanya mendengar obrolan dari tetangga. Karena penasaran, Joko menyempatkan diri ke lokasi pohon itu di malam hari.
“Ternyata benar, air yang turun (bahkan) seperti air hujan. Cukup deras seperti gerimis, sampai-sampai bagian bawah pohon basah. Padahal jarak dua meter dari pohon ini tidak gerimis apalagi hujan,” katanya.
Joko menambahkan kalau siang hari airnya nggak terlalu terlihat karena ada terik matahari atau angin. Nah, yang lebih jelas adalah pada malam hari. Orang-orang lalu menjulukinya dengan pohon gerimis atau menangis.
Namun, fenomena ini memang sering terjadi dan selalu dikait-kaitkan dengan hal-hal berbau mistis. Padahal, kondisi seperti itu biasa terjadi.
Dosen Biologi dari Universitas Jember, Wachyu Subhan mengatakan dalam ilmiah ‘tangisan’ pohon itu sesuatu yang wajar. Hal ini terjadi lantaran pohon tengah menjaga proses metabolismenya. Terlebih ketika peralihan musim dari kering ke hujan sehingga terjadi resapan air ke batang.
“Sekarang dari musim kering ke hujan, jadi secara alami, pasti ada materi-materi yang masuk ke dalam batang. Tekanan yang ada di luar dan dalam batang juga akan mengalami perbedaan. Dari sinilah tumbuhan akan melakukan stabilisasi terhadap tekanan secara alami,” katanya.
Selanjutnya proses stabilisasi ini yang disebut sekresi betabolik dalam ilmu biologi. Artinya ketika tekanan besar, maka proses sekresi bisa mengeluarkan dengung.
“Ketika tumbuhan mengabsorb makanan yang banyak terjadi kelebihan dan muncul tekanan dari dalam ke luar. Bentuk pengeluarannya ada beberapa macam. Kalau dalam bentuk air stomata, itu akan muncul namanya gutasi. Jadi air netes, kalau kita di bawah pohon kesannya seperti hujan padahal tidak,” katanya.