MATA INDONESIA, MOSKOW – Warga Rusia terlihat melakukan panic buying di seluruh supermarket di Kota Moskow. Hal ini disinyalir karena sanksi internasional menyusul invasi Rusia terhadap Ukraina mulai menghantam pasokan esensial.
Dalam rekaman yang beredar di media sosial, para pembeli berebut gula di toko Perekryostok di utara ibu kota.
Anna, seorang warga setempat yang merekam keributan tersebut, mengatakan kepada media Podyom bahwa para pembeli berperilaku agresif karena mereka takut dengan rak-rak yang kosong.
“Mereka takut akan potensi krisis ekonomi yang parah yang dipicu oleh sanksi hukuman yang telah membuat nilai mata uang rubel jatuh. Ada rak kosong, tanpa garam, tanpa gula, tanpa pasta, tanpa soba, dan hanya nasi yang mahal,” kata Anna, melansir Mirror, Kamis, 17 Maret 2022.
“Orang-orang tiba-tiba melihat gerobak berisi gula dan berlari ke arahnya. Mereka menyerang gerobak ini, saling mendorong dengan agresif. Mereka meraih sebanyak mungkin untuk diri mereka sendiri, tidak meninggalkan gula untuk yang lain. Saya ingin berbagi kengerian itu. Kita harus tetap menjadi manusia,” sambungnya.
Bukan hanya di toko Perekryostok di utara ibu kota, pemandangan serupa juga terlihat di Kota Oryol – 230 mil selatan ibukota. Para pembeli terlihat berebut bahan-bahan pokok.
Pemerintah Rusia sejatinya telah mengimbau warganya untuk tidak melalukan panic buying atau menimbun kebutuhan pokok. Akan tetapi, warga tampaknya skeptic dengan jaminan resmi bahwa pasokan akan bertahan meskipun ada sanksi Barat atas instruksi perang yang dikumandagkan Presiden Vladimir Putin di Ukraina.
“Tidak ada gula selama tiga hari, saya sudah mencoba untuk berbelanja selama ini. Apakah kita meminta terlalu banyak?” kata seorang penduduk yang tinggal di Kota Kiselevsk, Siberia.
“Tidak ada gula, tidak ada garam, dan rak kosong. Apa ini? Defisit yang dibuat secara artifisial? Orang-orang liar melakukan pembelian panik?” sambungnya.
Sementara itu, di wilayah Primorsky, permintaan gula naik 400 persen karena pihak berwenang meminta diakhirinya panic buying.
“500 ton gula diharapkan akan segera dikirim ke wilayah tersebut. Jumlah ini harus menutupi kemungkinan kekurangan pasokan,” kata kementerian perdagangan setempat.
Meskipun demikian, Rusia telah memblokir ekspor biji-bijian ke negara-negara bekas Soviet dan menghentikan ekspor gula tebu putih dan mentah ke negara-negara ketiga.
“Tidak ada kondisi untuk risiko kekurangan atau pengurangan produk. Tidak ada gunanya menaikkan permintaan buatan dengan pembelian untuk masa depan,” kata Wakil Perdana Menteri Viktoria Abramchenko.
“Kami akan reorientasi pasar dan membangun perdagangan yang saling menguntungkan, memperluas jaringan kemitraan kami dengan negara-negara sahabat,” sambungnya.