Waduh, ‘Bisnis’ Sertifikat Covid-19 Palsu, Dua Perawat Raup Rp21,3 Miliar

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW YORK – Beberapa negara di dunia mewajibkan sertifikat vaksin Covid-19 bagi mereka yang beraktivitas di tempat-tempat umum, termasuk pust perbelanjaan dan transportasi umum.

Dan syarat  ini kerap dimanfaatkan oleh sejumlah oknum untuk meraup keuntungan. Seperti yang dilakukan oleh dua perawat di Long Island, New York, Amerika Serikat (AS).

Ialah Julie DeVuono dan Marissa Urarro yang didakwa memalsukan kartu vaksinasi dan sertifikat Covid-19. Keduanya diduga meraup keuntungan sebesar 1,5 juta USD atau sekitar 21,5 miliar Rupiah!

Jaksa Wilayah Suffolk menangkap Julie DeVuono, yang merupakan pemilik dan operator Wild Child Pediatric Healthcare di Amityville dan karyawannya, Marissa Urraro pada Jumat (28/1).

Sejak November 2021 hingga Januari 2022, keduanya telah memalsukan kartu vaksinasi. Di mana keduanya mengenakan biaya sebesar 220 USD untuk orang dewasa dan 85 USD untuk anak-anak untuk catatan palsu yang akan masuk ke database Sistem Informasi Imunisasi Negara Bagian New York.

Jaksa mengatakan bahwa pada satu atau lebih kesempatan, DeVuono dan Urrano diduga membuat catatan untuk menunjukkan vaksin diberikan kepada detektif yang menyamar meskipun tidak pernah memberikan vaksin.

“Memalsukan kartu vaksinasi Covid-19 dan memasukkan informasi palsu ke New York,” demikian pernyataan pihak berwenang, melansir CNBC, Minggu, 30 Januari 2022.

“Basis data negara yang digunakan untuk melacak catatan vaksinasi menempatkan kesehatan dan kesejahteraan orang lain dalam risiko, dan merusak upaya untuk memperlambat penyebaran virus COVID-19,” kata agen khusus Scott Lampert dalam sebuah pernyataan.

Selama penggeledahan di rumah DeVuono, petugas menemukan uang tunai sekitar 900.000 USD. Mereka juga diduga menemukan buku besar yang mendokumentasikan keuntungan dari skema lebih dari 1,5 juta USD.

“Suami DeVuono, Derin DeVuono, yang merupakan petugas Departemen Kepolisian New York, sedang diselidiki oleh Biro Urusan Internal departemen terkait kemungkinan keterlibatannya dalam skema dugaan istrinya,” kata seorang sumber kepada New York Daily News.

DeVuono dan Urraro masing-masing didakwa dengan satu tuduhan pemalsuan di tingkat kedua. DeVuono juga didakwa dengan hitungan tambahan karena menawarkan instrumen palsu untuk diajukan di tingkat pertama.

Pada Desember 2021, Gubernur New York Kathy Hochul menandatangani undang-undang yang mengkriminalisasi kartu vaksinasi Covid-19 palsu.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Waspadai Provokasi Indonesia Cemas Soal Literasi Siswa

Oleh : Herman Firmansyah )* Dalam beberapa tahun terakhir, isu mengenai rendahnya literasi siswa Indonesia sering kali diangkat dalam berbagai media dengan narasi yang cukupmengkhawatirkan. Judul-judul seperti “Indonesia Cemas”, “Krisis Literasi”, atau“Darurat Membaca” kerap menghiasi pemberitaan dan menyebar di media sosial. Meskipun data dari berbagai survei memang menunjukkan bahwa kemampuanliterasi siswa Indonesia masih perlu ditingkatkan, penting bagi kita untuk tidakterjebak dalam narasi provokatif yang justru melemahkan semangat perubahan. Sebaliknya, kita harus membangun optimisme dan kesadaran kolektif untukmemperkuat budaya literasi secara inklusif dan berkelanjutan. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Irwan Akib mengatakan keberhasilanpendidikan hari ini akan sangat menentukan kesiapan generasi muda menghadapimasa depan bangsa. Guru dan murid harus memiliki kesiapan iman yang kuat, yang berakar pada ajaran tauhid. Ajaran tauhid bukan sekadar pengucapan dua kalimatsyahadat, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, termasukdalam semangat menuntut ilmu untuk menghapus kebodohan. Pihaknya jugamengingatkan pentingnya etika dalam penggunaan media sosial, menjaga akhlak, serta menjadikan sekolah sebagai pusat pembentukan generasi inovatif, kreatif, danberakhlak mulia. Perlu disadari bahwa persoalan literasi bukan hanya persoalan Indonesia semata. Banyak negara berkembang menghadapi tantangan serupa dalam menyetarakanakses pendidikan berkualitas, meningkatkan kompetensi guru, dan membangunekosistem belajar yang mendukung keterampilan abad ke-21. Oleh karena itu, membingkai kondisi literasi Indonesia secara berlebihan dengan narasi “krisispermanen” justru bisa mematikan inisiatif lokal yang sedang bertumbuh. Di berbagaipelosok negeri, banyak sekolah, guru, komunitas, dan orang tua yang berjuangkeras untuk menumbuhkan minat baca anak-anak mereka dengan cara-cara yang kreatif dan kontekstual. Sayangnya, upaya mereka kerap tenggelam di tengahriuhnya wacana pesimistis. Narasi “Indonesia Cemas” yang terkesan membesar-besarkan kekurangan justrubisa menjadi bumerang. Ia bisa melemahkan rasa percaya diri siswa dan guru, mengerdilkan potensi daerah, serta menciptakan pandangan bahwa pendidikanIndonesia sudah gagal secara sistemik. Padahal, kenyataannya jauh lebih kompleksdan penuh harapan. Indeks literasi bukanlah satu-satunya ukuran keberhasilanpendidikan. Kemampuan memahami teks memang penting, namun begitu pula dengan karakter, kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan nilai-nilai kebhinekaanyang juga menjadi tujuan pendidikan nasional. Maka, pendekatan yang lebih bijakadalah dengan menjadikan hasil survei sebagai pemicu refleksi dan perbaikan, bukan alat untuk menyebar kecemasan berlebihan. Penting juga untuk melihat bahwa literasi bukan semata-mata kemampuanmembaca buku, tetapi menyangkut kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk untuk memecahkan masalahsehari-hari. Dalam konteks ini, transformasi digital yang sedang berjalan di Indonesia membuka peluang besar untuk memperluas akses dan bentuk literasi. Siswa kini bisa belajar dari video edukatif, podcast, e-book, forum diskusi, danberbagai platform daring lainnya. Literasi abad ke-21 membutuhkan pendekatanyang adaptif dan kontekstual, bukan sekadar penguasaan teks tertulis. Sementara itu, Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru mengatakan pihaknyaberkomitmen dalam menyambut tantangan bonus demografi 2045 melalui program Pendidikan Karakter Laskar Pandu Satria. Program ini menyasar siswa SMA/SMK dari berbagai kabupaten/kota di Sumsel. Program ini telah mendapat dukungan luasdari orang tua siswa. Mereka menilai kegiatan ini sebagai bentuk perhatian nyatadari pemerintah terhadap masa depan anak-anak. Di lain, balik kekhawatiran yang kerap dimunculkan, sebenarnya terdapat banyakinisiatif positif yang perlu mendapatkan ruang lebih besar dalam pemberitaan. Gerakan literasi sekolah, pojok baca, perpustakaan digital, komunitas baca mandiri, serta dukungan dari dunia usaha dan organisasi non-profit telah banyak memberikandampak nyata dalam meningkatkan budaya literasi di tingkat lokal. Pemerintah pun tak tinggal diam. Melalui program Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka, upayapeningkatan kualitas pendidikan semakin diarahkan pada penguatan kompetensidasar, termasuk literasi. Kurikulum ini memberikan fleksibilitas bagi guru untukmenyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa, yang padagilirannya berkontribusi pada meningkatnya minat dan pemahaman siswa terhadappelajaran. Tentu saja, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Namun, kitaharus tetap percaya bahwa perubahan sedang dan terus berlangsung. Menghadapitantangan literasi bukan dengan ketakutan dan kegaduhan, tetapi dengan kolaborasidan optimisme. Kita butuh lebih banyak cerita inspiratif tentang anak-anak di pedalaman yang belajar dengan semangat tinggi, guru-guru...
- Advertisement -

Baca berita yang ini